Selasa, 20 Juni 2017

Ketika Melihat Asap, Seketika Itu Pula Terbakar Api

                                                                                                       Bagian 1              


Adalah Aku satu perbendaharaan yang tersembunyi, 
Maka inginlah Aku supaya di ketahui siapa Aku.
Maka Aku jadikanlah makhluq Ku, 
Maka dengan Allah mereka mengenal Aku

,السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ,بــِـسْمِ اللهِ الرَّحْــمٰنِ الرَّحِــيْمِ 
,الحــمدلله ألصــلاة والســلام على رسـول الله
و على آله وصـحبـه اجـمعيـن 
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ, اَمَّا ب

Allah SWT, Tuhan seru sekalian semesta alam, berfirman,

 قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Orang-orang Arab Badui itu berkata :“Kami telah beriman”. Katakanlah kepada mereka, “kamu belum beriman, tetapi katakanlah “kami telah tunduk karena iman itu belum masuk ke dalam hati mu dan jika kamu ta’at kepada Allah dan Rasul Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun pahala amalan mu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Hujuraat Ayat : 14)

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam, dengan ni'mat sehat yang telah di berikan Nya, kita diberi kesempatan kembali dan berkomunikasi walaupun via Media Sosial, Sholawat beriringkan salam atas panutan kita baginda Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, mudah-mudahan syaf'at beliau melimpah dan menghunjam kelubuk hati sanubari kita yang paling dalam dan syafa'at tersebut agar kiranya kita selamat dari keterbelengguan hawa dan nafsu, sehingga kita mampu memahami Al Qur'an sebagai dalil (bukti) dari ciptaan Allah sebagai madlul (yang di buktikan). Yang mulia tuan-tuan guru Syekh, Kyai dan Alim Ulama' rahiimahkumullah, mohon, izin dan restunya untuk menjelaskan tingkatan-tingkatan iman untuk di sampaikan ketengah-tengah publik, mengingkat kondisi saat ini, khususnya kepada umat Islam dan jika terdapat kekeliruan dalam penyampaian, mohon di luruskan.

Rasa terima kasih yang mendalam dan rasa hormat kepada Ikhwan wal Akhwat, yang berkenan membaca, memperhatikan dan memahami, artikel yang penulis unggah semoga Allah, selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Aamiin. Penulis berharap untuk menanggapi artikel yang di unggah kiranya kita menggunakan ilmu dalil (bukti) dari Al Qur‘an, ilmu madlul (yang di buktikan) dari Al Qur’an dan ayat muktamat (ayat yang terang artinya tidak memerlukan penafsiran) dan ayat muktasabihat (ayat yang perlu penjelasan) dari Al  Qur’an. Ikhwan wal Akhwat sekalian yang di rahmati Allahpenulis berusaha mengupayakan semaksimal mungkin menggunakan bahasa yang mudah di fahami dengan berharap kiranya Ikhwan wal Ahkwat, untuk tidak terburu-buru, tergesa-tergesa dengan tidak membacanya sepenggal-sepenggal, santai dengan perasaan yang lembut dan sejuk sehingga karunia Allahberupa hidayah akan turun InsyaAllah dan artikel ini yang bertemakan "Ketika Melihat Asap, Seketika Itu Pula Terbakar Api", adalah unggahan perdana yang akan berkaitan terus kepada artikel-artikel yang akan di unggah mendatang, sehingga menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang bersumber dari "Agama Islam" (agama rahmatan lil 'aalamiin), untuk mewujudkan iman ke dalam amal di dunia sehingga sampailah akhirnya memperoleh kebahagian di akhirat selama-lamanya, kekal dan abadi. Mari sejenak luangkan waktu untuk merenungkan ma'na di balik kalimat  "Ketika Melihat Asap, Seketika Itu Pula Terbakar Api".
كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ 

Janganlah begitu, Jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yaqin. (QS. At Takaatsur Ayat : 5)
ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ 

Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihat nya dengan ainul yaqin. (QS. At Takaatsur Ayat : 7)
أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا

Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benar nya.
(QS. Al Anfaal Ayat : 4)

Untuk mendekatkan pemahaman apa yang di maksud firman Allah di atas, disini penulis akan memberikan beberapa iktibar (perumpamaan), InsyaAllah kita dapat memahaminya,

1. Ketika si Amir sedang di rumah, tiba-tiba datang seorang temannya membawa kabar berita bahwa di balik bukit nan jauh di sana terdapat asap yang mengepul-ngepul, setelah ini di terima, si Amir meyakinkan dirinya menjumpai warga setempat, untuk menanyakan kepada mereka, apakah memang benar di balik bukit nan jauh di sana terdapat asap yang mengepul-ngepul ternyata benar kedaannya, apa yang di kabarkan oleh temannya tadi. Perihal ini di sebut “Tingkatan Iman Ilmul Yaqin”, si Amir dalam tingkat ini ketika ia beramal dan beribadah kepada Allah, hanya sampai batas menjalankan Perintah dan Meninggalkan Larangan" dengan Ilmu Pengetahuan dari “Al Qur’an dan Al Hadits”.

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ 

Dan Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.
(QS. Assafat Ayat : 96)

2. Dengan sifat ke ingin tahuannya, esoknya si Amir pergi ke bukit tersebut  dengan mendayung sepeda dan sampai di depan sambil berdiri tepat di depan bukit tersebut, mengamati dan memperhatikan ternyata dengan keyakinannya bahwa di balik bukit tersebut terdapat kepulan-kepulan asap, benar apa yang di katakan temannya. Hal ini di sebut dengan “Tingkatan Iman Ainul Yaqin”, si Amir dalam posisi seperti ini ketika ia beramal dan beribadah, si Amir sudah mampu  menyaksikan jelas tanpa “Sya’ dan Waham” (tentunya dengan memandang dari mata batin melalui mata zhohir), siapa yang memberikan "Perintah dan Larangan".      
أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِنْ رَبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ 

Maka apakah orang-orang yang di bukakan Allah hati nya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhan nya sama dengan orang yang membatu hati nya? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hati nya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam ke sesatan yang nyata. (QS. Az Zumar Ayat : 22)

3. Dengan penasaran yang kuat di dukung oleh logika, ia pun mendaki bukit tersebut, dengan penuh pertanyaan, dari mana sumber asap, saat ini si Amir berdiri di atas puncak bukit dengan mata kepala nya ia langsung melihat di sebalik bukit,  ternyata terdapat bara api yang mengeluarkan asap, lantas ia menuruni bukit tersebut dan menghampiri bara api yang di maksud, posisi si Amir pas di depan "Bara Api" yang sedang mengeluarkan asap. Hal ini di sebut dengan“Tingkatan Iman Haqqul Yaqin”. si Amir dalam keadaan seperti ini, ketika beramal dan beribadah, membenarkan dengan pasti apa yang ia lihat dan saksikan, atas siapa yang memberikan "Perintah dan  Larangan".

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(QS Al Imran Ayat : 191)         

4. Penasaran terus memburu logikanya, mana mungkin "Bara Api" yang mengeluarkan asap tanpa adanya proses pemanasan, lalu ia berdiri tepat, pas di depan "Bara Api" yang mengeluarkan asap, tanpa fikir panjang, tanpa pertanyaan dan penasaran, secara spontanitas telapak kakinya di injakkan ke "Bara api" tersebut, apa yang terjadi ! ia merasakan panas api yang luar biasa. Hal ini di sebut dengan "Tingkatan Iman Kamallul Yaqin". Seketika itu juga si Amir terperanjat dan tercengang, merasakan "Bara Api" yang luar biasa panasnya akan tetapi amatlah di sayangkan "Rasa Panas" tersebut tidak dapat di di utarakan dengan kata-kata, tidak dapat di misalkan dengan warna dan rupa dan tidak dapat di  gambarkan atau di lukiskan dengan sesuatu apapun, hanya si Amir sendiri lah yang dapat mengetahui dan merasakan "Itu", tingkat ini juga di sebut "Tingkatan Zuq (Rasa)". Dan ia pada posisi seperti ini, ia sudah mencapai kedudukkan tingkat "Billah (dengan Allah)", untuk mengerjakan amal dan ibadah, gerak dan diam dengan "Allah" (bekerja dengan Dia, berkeinginan dengan Dia, mendengar dengan Dia, melihat dengan Dia, berkata dengan Dia, hidup dengan Dia dan tahu dengan Dia). 
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ,وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Tiap-tiap orang atas nya kebinasaan (fana) dan zat Allah tetap baqa, yang mempunyai sifat sempurna dan Maha Agung. 
(QS. Ar Rahman Ayat : 26 – 27)

Seseorang bertanya, di manakah kedudukan Rasulullah Muhammad SAW? Allah SWT, mengkhususkan beliau kemulian tertinggi jauh di atas tingkatan "Iman Kamalullah Yaqin" dari abdi-abdi Nya yang lain, sehingga Allah memberikan  kehormatan khusus terhadap beliau yakni dengan "Sholallahu 'Aalaihi Wassalam" (SAW).

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا 

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawat lah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepada nya. (QS. Al Ahzab : 56)

Sewaktu "Rasulullah" sedang memberikan bimbingan kepada para sahabatnya di dalam masjid tiba-tiba datang beberapa orang Arab Badui,

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Orang-orang Arab Badui itu berkata :“Kami telah beriman”. Katakanlah kepada mereka, “kamu belum beriman, tetapi katakanlah “kami telah tunduk karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu ta’at kepada Allah dan Rasul Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Hujuraat Ayat : 14)

Sekarang kita tarik kesimpulan dengan pertanyaan pada diri kita, apakah mengimani Allah, dangan "Iman ikut-ikutan", dengan "Mengangku-ngaku beriman kepada Allah", ataukah dengan "Iman Ilmul Yaqin", dengan "Iman Ainul Yaqin", dengan "Iman Haqqul Yaqin", dan dengan "Iman Kamalul Yaqin". Jawabannya "Terdapat pada diri kita masing-masing", bersegeralah untuk meningkatkan "Mutu Iman" tersebut mumpung selagi "ruh" masih di kandung "Jasad" (Jirim), waktu ibaratkan "Kilat" (cepat sekali), "Bertafakur" (merenungi diri) sejenak lebih baik daripada ibadah satu tahun", waspadai lah ancaman Allah SWT.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ 

Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar  taqwa kepada Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan selamat.
(QS. Al Imra Ayat : 102)

Mau tidak mau, suka tidak suka, rela tidak rela kita akan menghampiri kematian sebab kematian dekat nya adalah seperti jari telunjuk dengan cari tengah.

فَلَوْلَا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ,وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ,وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَٰكِنْ لَا تُبْصِرُونَ 

Maka mengapa ketika ruh sampai di kerongkongan. Padahal kamu ketika itu melihat. Dan Kami lebih dekat kepada nya dari pada kamu, tetapi kamu tidak melihat.
(QS.Al Waaqi'ah : 83 – 85)

Demikianlah renungan makna di balik kalimat "Ketika Melihat Asap, Seketika Itu Pula Terbakar Api". Mohon ampun kepada Allahmohon ma'af, jika terdapat kesalahan dan sedikitpun tidak ada maksud tertentu, hanya semata-mata menyampaikan haq Allah, agar di hadapan Al Haq, tidak saling tuding menuding satu di antara kita, atas ma'af yang di berikan, penulis ucapkan terimakasih, semoga bermanfa'at, hanya kepunyaan Allah lah segala puji-pujian teragung. InsyaAllahkita lanjutkan artikel berikutnya tentang "Sesakti Apapun Itu Arjuna, Tetap Ki Dalang Yang Berperan" di karenakan saling terkait, kiranya penulis berharap agar artikel ini di fahami benar-benar, agar supaya sebagai bahan acuan untuk melengkapi artikel-artikel yang akan datang sehingga tidak kehilangan arah dan tujuan.

إِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلا, وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم

Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim. Yaa .. Allah, hilangkanlah rasa ujub dalam diri kami sehingga kami tidak pernah terlepas dari tali Aqidah yang sangat kokoh,  Aamiin . . yaa Robbal 'Aalamiin, 
Billahi taufiq wal hidayah.                     
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 




Kata-Kata Arifbillah,

"Carilah teman untuk menenangkan hati dan fikiran,
maka perhatikanlah baik-baik tentang
keselamtanmu dan kesejahteraannya”. (Imam Al Ghazali)