Bagian 7
Adalah Aku satu perbendaharaan yang tersembunyi,
Maka inginlah Aku supaya di ketahui siapa Aku.
Maka Aku jadikanlah makhluq Ku,
Maka dengan Allah mereka mengenal Aku
Maka inginlah Aku supaya di ketahui siapa Aku.
Maka Aku jadikanlah makhluq Ku,
Maka dengan Allah mereka mengenal Aku
,الحــمدلله ألصــلاة والســلام على رسـول الله
و على آله وصـحبـه اجـمعيـن
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ , اَمَّا ب
Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam semesta, berfirman,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan,tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.
(QS. Muhammad Ayat : 19)
Alhamdulillah, segala puji dan puja bagi Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia yang mengumpulkan segala pengetahuan di dalam Zat-Nya dan Dia jualah Pencipta segala pengetahuan dengan ke abadian, segala kewujudan bersumberkan Wujud-Nya. Sholawat beriringkan salam atas junjungan kita, baginda Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat-sahabatnya. Mudah-mudahan syafa’at beliau melimpah dan menghunjam kelubuk hati sanubari kita yang paling dalam seraya dangan syafa’at tersebut kita selamat dari belenggu sifat kufur ni’mat sehingga kita mampu menjawab jaman yang penuh keingkaran. Beliau adalah Nabi-Nya terakhir, penyambung pada rantaian kenabian yang diutus kepada manusia yang sedang hanyut di dalam huru hara. Yang mulia tuan-tuan guru Syekh, Kyai, dan Alim Ulama’ rahiimahkumullah, Moho, izin untuk memperkenalkan "Ilmu Mujahadah, Musyahadah, Mukasyafah" untuk di sampaikan ke publik, mengingat kondisi saat ini khususnya kepada umat Islam dan jika terdapat kekeliruan dalam penyampaian, mohon diluruskan.
Rasa syukur yang dalam penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembaca artikel ini yang telah berkenan membaca, memperhatikan dan memahami, dari awal unggahan artikel hingga saat ini, semoga Allah, selalu melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, Aamiin, kajian yang penulis unggah banyak sekali ilmu Islam bagi siapa-siapa yang ingin mempelajarinya. Ikhwan wal Akhwat sekalian yang di rahmati Allah, untuk melanjutkan unggahan artikel pekan lalu agar kiranya tidak terputus, penulis berusaha semaksimal mungkin menggunakan bahasa yang mudah di fahami dan berharap pembaca unggahan artikel ini, untuk tidak terburu-buru, tergesa-gesa, santai dan dalam keadaan tenang, dan dengan waktu luang sehingga karunia Allah, berupa faham akan turun,InsyaAllah. Beberapa pekan lalu kita telah menyinggung masalah "Ilmu Syari’at" yang telah di jelaskan tujuannya yakni mengurusi dan mengatur permasalahan di luar diri yang tampak dan yang nyata (zhohiriah) yang berada di alam dunia (alam Jirim), "Ilmu Tarekat" batas tujuannya ialah sampai kepada membersihkan "Qalb" (hati) rohani, yang berada di dalam jantung jasmani dua jari di bawah susu kiri kita dan selajutnya "Ilmu Hakekat" yang bertujuan untuk mengenal Allah, sampai ke alam malakut (goib), sampailah pembahasan terakhir yang kini akan kita kaji tentang "Ilmu Makrifat", yang batas dan tujuannya sampai kepada "Zuq (rasa)". Mari kita simak dan perhatikan benar-benar firman Allah, yang di sampaikan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara menyeluruh, dan janganlah kamu menuruti langkah-langkah syaitan.Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah Ayat: 208)
Tingkat tertinggi dalam pelajaran Tasawwuf ialah ”Makrifah”. Menurut Imam besar Wali Allah, "Imam Al Ghazali" mengatakan, ”Makrifat" ialah "setinggi-tinggi tingkat yang dapat di capai oleh Sufi (Salik)”. Pengetahuan yang di peroleh dari “Makrifat” tinggi mutunya dari pengetahuan yang diperoleh dengan aqal. "Makrifa" bukanlah hasil pemikiran manusia, tetapi bergantung kepada kurnia (pemberian Allah)". "Makrifat" adalah pemberian Allah, kepada "Abdi" (hamba) Nya yang sanggup menerimanya, bahwa datangnya kurnia ”Makrifah” itu karena adanya kesungguhan, kerajinan, kepatuhan dan ketaatan mengabdikan diri sebagai "Abdi" (hamba) Allah, dalam beramal secara lahiriah sebagai pengabdian yang di kerjakan oleh tubuh untuk beribadah. Ikhwan wak akhwat sekalian yang di rahmati Allah, dari makam ruh "Robbiniah" (ketuhanan) ini posisisi letaknya sifat “Hayyat" (hidup), sifat "Hayyat" yang ada pada Allah kenyataan, sama dengan "Hayyun" (yang Maha Hidup), mustahil Allah bersifat "Mayyit" (mati), yang ada pada manusia kenyataan, sama dengan "Mati" (Mayyitun), mustahil manusia bersifat "Hayyun" (yang Maha Hidup) berganti kepada sifat "Ikhsan" dan sifat "Siddiq" (sangat benar), memancar dari makam ruh "Robbaniah" (ketuhanan), inilah yang di sebut "Makrifat" (mengenal).
Jadi "Ilmu Makrifat" itu tujuannya adalah sampai kepada "Zuq"(rasa), untuk tidak kehilangan arah dan tujuan, mari kita lihat kembali unggahan artikel penulis bertemakan ”Ketika Ada Asap Seketika Itu Pula Terbakar Api” (silahkan kunjungi di Blog ini). Penasaran terus memburu logikanya, mana mungkin "Bara Api" yang mengeluarkan asap tanpa adanya proses pemanasan, lalu ia berdiri tepat, pas di depan"Bara Api" yang mengeluarkan asap, tanpa fikir panjang,tanpa pertanyaan dan penasaran, secara spontanitas telapak kakinya di injakkan ke "Bara api" tersebut, apa yang terjadi ! ia merasakan panas api yang luar biasa. Hal ini di sebut dengan "Tingkatan Iman Kamallul Yaqin". Seketika itu juga si Amir terperanjat dan tercengang, merasakan "Bara Api" yang luar biasa panasnya akan tetapi amatlah di sayangkan "Rasa" panas tersebut tidak dapat di di utarakan dengan kata-kata,tidak dapat di misalkan dengan sesuatu apa pun dan tidak dapat di bayangkan dengan rupa dan warna, hanya si Amir sendirilah yang dapat mengetahui dan merasakan "Itu", tingkat ini juga di sebut "Tingkatan Zuq (Rasa)". Dan ia pada posisi seperti ini ia sudah mencapai kedudukkan "Billah (dengan Allah)", untuk mengerjakan amal dan ibadah, gerak dan diam dengan Allah (bekerja dengan Dia, berkemauan dengan Dia, mendengar dengan Dia, melihat dengan Dia, berkata dengan Dia, hidup dengan Dia dan tahu dengan Dia.
jika dalam pengamalan "Tarekat" zikir qalb (hati) Salik berzikir اللَّهُ . . اللَّهُ. . اللَّهُ maka dalam tingkatan Hakekat, zikir qalb (hati) rohaninya naik setingkat menjadi zikir nafas, masuk berzikir Huu . nafas keluar اللَّهُ , Huu . . اللَّهُ , Huu . . اللَّهُ Huu . . اللَّهُ , terus di rasakan si Salik keluar masuknya nafas. Masih terus dalam bimbingan Mursid (pembimbing) tarekat, InsyaAllah, maka dalam tingkatan Makrifat, zikir qalbi (hati) nya naik setingkat menjadi zikir . . . . Laa Harfun Laa Sautun (tiada berhurup dan tiada bersuara) sunyi (senyap). Hanya si Salik sendiri yang mengetahui dan merasakan "Zat wajibal wujud yang bersifat tidak seumpama dengan sesuatu apapun", inilah tingkatan “Mukasyafah” yang di alami oleh ke adaan diri Salik, itu artinya, ia telah peroleh kelezatan yang belum pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam qalb (hati) sanubari manusia, tidak mungkin di sifati atau di nyatakan dengan kata-kata, akan tetapi tiap "Abdi Allah" akan merasakan sendiri bilamana telah mengalaminya, ahli-ahli "Tasawwuf" berkata “Man Lam Yazuq Lam Ya’rif” (Siapa yang belum merasakan Nya, maka ia akan belum mengenal Nya), berhati-hatilah dengan "Abdi Allah", yang telah mencapai tingkatan ini, karena do’anya "Ma’bul", firasatnya tidak pernah meleset, mata hatinya tajam bak mata pedang yang mengkilat.
jika dalam pengamalan "Tarekat" zikir qalb (hati) Salik berzikir اللَّهُ . . اللَّهُ. . اللَّهُ maka dalam tingkatan Hakekat, zikir qalb (hati) rohaninya naik setingkat menjadi zikir nafas, masuk berzikir Huu . nafas keluar اللَّهُ , Huu . . اللَّهُ , Huu . . اللَّهُ Huu . . اللَّهُ , terus di rasakan si Salik keluar masuknya nafas. Masih terus dalam bimbingan Mursid (pembimbing) tarekat, InsyaAllah, maka dalam tingkatan Makrifat, zikir qalbi (hati) nya naik setingkat menjadi zikir . . . . Laa Harfun Laa Sautun (tiada berhurup dan tiada bersuara) sunyi (senyap). Hanya si Salik sendiri yang mengetahui dan merasakan "Zat wajibal wujud yang bersifat tidak seumpama dengan sesuatu apapun", inilah tingkatan “Mukasyafah” yang di alami oleh ke adaan diri Salik, itu artinya, ia telah peroleh kelezatan yang belum pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam qalb (hati) sanubari manusia, tidak mungkin di sifati atau di nyatakan dengan kata-kata, akan tetapi tiap "Abdi Allah" akan merasakan sendiri bilamana telah mengalaminya, ahli-ahli "Tasawwuf" berkata “Man Lam Yazuq Lam Ya’rif” (Siapa yang belum merasakan Nya, maka ia akan belum mengenal Nya), berhati-hatilah dengan "Abdi Allah", yang telah mencapai tingkatan ini, karena do’anya "Ma’bul", firasatnya tidak pernah meleset, mata hatinya tajam bak mata pedang yang mengkilat.
Tidak patut berpangkat Brgjen (bintang satu), mengetahui ilmu berpangkat Jendral (bintang empat), akan tetapi berpangkat Jendral (bintang empat) dapat tembus pandang (mengetahui) dan menerawang ilmu-ilmu Brigjen (bintang satu), Mayjen (bintang dua) dan Letjend (bintang tiga), sampai masuk kedalam "Qalb" (hati) sanubari mereka, begitulah yang di alami seorang "Wali Allah, yakni Al Hallaj atau di sebut juga ,Abu Al-Mugis Al-Husain ibnu Mansur al-Baidlawi pada 858 M / 244 H di Baida, di Provinsi Fars, Iran". Mereka menuding dan memfitnah bahwa beliau menyampaikan ajaran sesat, padahal ilmu mereka tidaklah sampai kepada apa-apa yang di rasakan oleh "Wali Allah. Al Halajj", sehingga mereka bertindak dengan cara bathil dan akhirnya mereka menyesal sepanjang massa (Bagdad Iraq). Perhatikan benar-benar hasil karya syair beliau (Al Halajj) yang penulis tampilkan sebagai Temal di atas, ”aku adalah rahasia Yang Maha Benar,Bukanlah Yang Maha Benar itu aku,aku hanyalah satu dari yang benar,Maka bedakanlah antara aku dan Dia". tidaklah mungkin perkataan "Wali Allah, Al halajj" bertentangan dengan perbuatan, kehendak, kelakuan dan perasaan beliau, sehingga akhir hayatnya di akhiri dengan tragis. Kematian "Wali Allah, Al halajj" merupakan kehilangan besar sekaligus sejarah bagi dunia Islam, namun pemikirannya tetap hidup terus, tak lekang oleh ruang dan waktu.
Di sini kita mengambil kesimpulan, untuk tidak terburu-buru menghakimi dan menghukum seseorang yang kita tidak faham sama sekali tentang ke ilmuannya dan akhirnya akan menimbulkan penyesalan yang mendalam. “Dalang tetap Dalang, wayang tetap wayang. Air tetap air, ombak tetap ombak”, begitulah tingkatan ilmu mereka yang sudah mencapai tingkat “Makrifat" ataupun tingkat "Mukasyafah”, untuk kita sebagai yang orang awam, laksanakan perintah dan larangan Allah dan Rasul Nya, (ikut Allah dan Rasul), dengan penuh rasa takut dan merendahkan diri, dan jangan sekali-kali membantah dan menentang Nya. Ikhwan wal akhwat sekalian yang di rahmati Allah. "Imam Al Gazali" berkesimpulan bahwa mendekati Tuhan, merasa adanya Tuhan dan Ma’rifat kepada Tuhan hanya dapat di capai dengan menempuh jalan, yaitu jalan yang ditempuh oleh kaum sufi, dengan jalan inilah yang dapat menentramkan hati. Inilah yang di singgung dari QS. Al Baqarah Ayat 208, "Masuklah kedalam islam secara menyeluru dengan “ Syari’at, Tarekat, Hakekat dan Makrifat, keempat Ilmu tersebut dalam pembahasan dan pengamalan tidak dapat di pisah-pisahkan, jika dipisah-pisahkan, akan saling hantuk-hantukan dalam rumah tangga bahkan dalam bernegara, berbangsa dan pihak ketiga otomatis ikut campur tangan dalam hal ini, Iblis la’natullah sebagai musuh kita yang nyata, nyata itu jelas, jelas itu tampak yaitu syaiton bangsa jin dan manusia, penyampaian ilmu ini harus bersamaan. Jadi "Rukun Islam" yang pertama “Syahadah” adalah "Ilmu Hakekat" termasuklah didalamnya "Ilmu Tarekat dan Ilmu Makrifat" yang telah di uraikan. Sementara "Ilmu Syari’at" masuk di dalam "Rukun Islam" yang kedua (sholat), ketiga (syaum/puasa), keempat (zakat) dan kelima (hajji), akan tetapi di dalam "Rukun Islam" yang kedua (sholat), ketiga (syaum/puasa), kempat (zakat) dan kelima (haji) tersebut, disitu terdapat "Syahadah" dan "Rukun Islam" berkaitan erat dengan "Rukun Iman" selanjutnya ke "Rukun Ikhsan". Untuk menguatkan kajian yang di sampaikan setiap artikel-artikel yang di unggah dari awal hinggah sekarang dan akan datang.
Disini perlu sekali femahaman benar-benar tentang "Dalil (bukti) dari Al Qur’an dan Madlul (yang dibuktikan) dari Al Qur’an,Ayat-Ayat muktamat dan Muktasabihat, mengetahui tentang Ilmu Nahu shorof dan ilmu tafsir, Ilmu Mantiq, Bayyan, Ilmu Syarat (syarat) dan Masyrut (yang disyarati) dan Ilmu sejarah. artikel yang telah di unggah disaat lalu, sekarang dan akan datang adalah inti sari dari kitab-kitab yang di tampilkan, berikut ini //Kitab Tafsir Al Qur’an karya Ibnu Kasir//Kitab Tafsir Jalalain Jilid I dan 2 karya Imam Jalaluddin Al Mahalli dan Imam Jalaluddin As Suyuti//Kitab Khowatir Qur’aniyah (Kunci Memahami Tujuan Surat-Surat Al Qur’an) karya Amru Khalid//Kitab Durratun Nasihin//Kitab Sejarah Hidup Muhammad karya Muhammad Husain Haekal//Kitab Al Umm karya Imam Syafi’i/Kitab Awaluddin Sifat Dua Puluh karya Al Habib Usman bin Abdullah bin Yahya/Pokok-Pokok Ilmu Tauhid oleh Prof.Dr.Hasbi Ash Shiddieqy//Hadits Buhhari oleh Alm. K.H.A Wahid Hasjim Jilid 1-3//Hadits Qudsy disusun oleh K.H.M. Ali Usman.H.A.A Dahlan. Prof. DR.H.M.D. Dahlan// Ringkasan Shahih Al Bukhari, disusun oleh Imam Az Zabidi//Ringkasan Shahih Muslim,disusun oleh Al Hafizh Zaki Al Din’Abd Al ‘Adzhim Al Mundziri//Kitab Thawasin karya Al Halajj//Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al Ghazali// Kitab Sirr Al Asror karya Syech Abdul Qodir Al Jailani//Kitab Futuuhul Ghaib karya Syech Abdul Qodir Al Jailani/Kitab Kuning karya Syech Nawawi bin Umar Al Bantani Al jawi//Kitab Mudzakiraat fi Manazilis Shiddiqien wa Rabbaniyiin (Rambu-Rambu Jalan Ruhani) karya Sa’id Hawwa// Kitab Tarbiyatuna Ar Ruhiyah (Perjalanan Ruhani Menuju Allah)karya Sa’id Hawwa//Kitab Risalah fi Amradhil Qulub (Rahasia Hati) karya Ibnu Qayyim Al Jauziah//Kitab Fawa’idul Fawa’id (mendulang faidah dari lautan ilmu)//Mengenal diri melalui rasa hati karya Abuya Syeik Imam Ashaari Muhammad At Tamimi//Kitab Kunci Memahami Ilmu Tasawwuf karya DR. Mustafa Zahri//Pengantar Ilmu Tarekat karya Prof.Dr.KH.Aboebakar Atjeh // Kitab Melihat Allah karya Mustafa Mahmoud//Kitab Hakekat Tarikat Naqsyabandiah oleh H. Ahmad Fuad Said//Kitab Tasauf Moderen karya Buya Hamka//Kitab Pemikiran tasawuf ,Syekh Muda Ahmad Arifin, Sufi Pemurni Tauhid Abad XXI oleh, Saifuddin, MA.
Inilah kitab-kitab sebagai referensi yang membahas tentang "Ilmu Tasawwuf", dan bahkan lebih banyak lagi dari kitab-kitab yang di atas sebagai pendamping "Ilmu Syari’at" dan "Ilmu Hakekat", tidaklah berarti sedikitpun jika dari sekian kitab-kitab yang di tampilkan atau lebih dari ini, jika isi dan maknanya dari kitab tersebut tidak di Kaji dan di amalkan dalam bentuk kehidupan sehari-hari, sehinggah menjadi koleksi di lemari kaca yang berada di ruangan rumah, bagaikan “Keledai yang membawa karung yang berisikan kitab” dan sesungguhnya ilmu yang Hakekat itu berada di "Dada Para Ulama’ " yang hidup qalbi (hati) nya "Zikrullah", bukan di dalam Kitab. ”Al Ilmu fi sudur la fi sutur” (maksudnya Ilmu itu dalam dada bukan di kertas). Allah akan senantiasa melindungi orang-orang yang meyakini Nya, dari sanggahan-sanggahan dalam kalimah “Laa Kitab Wa Laa Mihrab Wa Laa Adab”, maksud dari kalimat tersebut adalah (Tidak berpegang kepada kitab dan tidak berlandaskan,maka tidak berakhlaq). MasyaAllah, "Ilmu Tasawwuf" yang terkandung di dalam Islam, inilah yang sanggup membina akhlaq bertuhan kepada Allah dan membina "Akhlaq" sesama makhluk yang menjadi agama "Rahmatan Lil 'Aalamiin".
Demikianlah wejangan ini, ma’na di balik kalimat “aku adalah rahasia Yang Maha Benar, Bukanlah Yang Maha Benar itu aku,aku hanyalah satu dari yang benar,Maka bedakanlah antara aku dan Dia". Mohon ampun kepada Allah, mohon ma’af, bila terdapat kesalahan dan sedikitpun tidak ada maksud tertentu, hanya semata-mata menyampaikan haq Allah, agar kita di hadapan Al Haq, tidak saling tuding menuding satu di antara kita, atas ma’af yg di berikan,penulis ucapkan tarima kasih, semoga bermanfa’at, hanya kepunyaan Allah lah segala puji-pujian teragung. InsyaAllah, kita lanjutkan artikel berikut tentang Rukun Islam kedua yakni “Sholat” di karenakan saling terkait, kiranya penulis berharap agar unggahan-unggahan artikel sebelumnya dan sekarang di fahami benar-benar, agar supaya sebagai bahan acuan untuk melengkapi unggahan-unggahan artikel akan datang sehingga tidak kehilangan arah dan tujuan ,
إِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلا, وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim. Yaa .. Allah, hilangkanlah rasa ujub dalam diri kami sehingga kami tidak pernah terlepas dari tali Aqidah yang sangat kokoh, Aamiin . . yaa Robbal 'Aalamiin,
Billahi taufiq wal hidayah.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Kata-Kata Arifbillah
"Ciri yang membedakan
manusia dan hewan adalah ilmu.
Manusia adalah manusia mulia yang mana ia
menjadi mulia kerana ilmu,
tanpa ilmu mustahil ada kekuatan". (Imam Al Ghazali)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar