Selasa, 25 Juli 2017

As Sholatu Mi'rajul Mu'minin (bagian 1)

                                                                                                                   Bagian 8



Barang siapa kenal dirinya maka kenal ia Tuhannya,
Barang siapa kenal Tuhannya maka sesungguhnya, tiadalah dirinya.

,السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ , بــِـسْمِ اللهِ الرَّحْــمٰنِ الرَّحِــيْمِ 
,الحــمدلله ألصــلاة والســلام على رسـول الله
و على آله وصـحبـه اجـمعيـن 
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ , اَمَّا ب

Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam semesta, berfirman,

سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ,إِلَّا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ

Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan, Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan dari (dosa). (Qs.Ash Shafat Ayat 159 -160)

Alhamdulillah, segala puji  dan puja bagi Allah, Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dengan kasih dan sayang Nya, Dia mengampuni seluruh manusia walaupun kesalahan-kesalahan tersebut sebanyak buih di lautan, pasir di pantai dan bintang bertaburan di malam hari, Dengan kasih dan sayang Nya, Dia terima dengan keridhohan, bila hamba Nya mendekat kepada Nya satu jengkal, Dia akan mendekat kepadanya satu hasta, bila ia mendekat kepada Nya satu hasta. Dia akan mendekat kepadanya satu depa dan apabila ia datang kepada Nya berjalan kaki, maka Dia mendatanginya dengan segera. 

Sholawat beriringkan salam atas junjungan kita, baginda Rosulullah Muhammad SAW,keluarga dan para sahabat-sahabatnya. Mudah-mudahan syafa’at beliau melimpah dan menghunjam kelubuk hati sanubari kita yang paling dalam seraya dangan syafa’at tersebut kita selamat dari belenggu ketidak pastian. Yang mulia tuan-tuan guru Syekh, Kyai, dan Alim Ulama’ rahiimahkumullah, Mohon, izin dan restunya untuk membahas tentang Rukun Islam, kedua yakni,” Sholat” melihat kondisi kepada khususnya  umat Islam dan jika terdapat kekeliruan dalam penyampaian, mohon diluruskan. Tak lupa terima kasih kepada sahabat-sahabat Facebook yang sudah berkenan membaca, memperhatikan dan memahami dari awal unggahan artikel hingga saat ini, dan harapan penulis untuk menanggapi artikel yang diungga kiranya kita menggunakan Ilmu Dalil (bukti) dari Al Qur‘an, Ilmu Madlul (yang di buktikan) dari Al Qur’an dan Ayat Muktamat ( Ayat yang terang artinya tidak memerlukan penafsiran) dan Muktasabihat (Ayat yang perlu penjelasan) dari Al Qur’an. Semoga Allah SWT, selalu melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, Aamiin, Kajian yang penulis unggah banyak sekali ilmu Islam bagi siapa-siapa yang ingin memperoleh ilmu agama besar ini, Ikhwan wal Akhwat sekalian yang dirahmati Allah,untuk melanjutkan  unggahan  artikel pekan lalu agar kiranya tidak terputus, penulis berusaha mencoba semaksimal mungkin menggunakan bahasa yang mudah difahami dan berharap pembaca unggahan artikel ini, untuk tidak terburu-buru, tergesa-gesa, santai dan dalam keadaan tenang dan dengan waktu luang sehingga karunia Allah SWT, berupa faham akan turun. 

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير

"Maha suci Allah, yang telah memperjalankan abdi Nya pada suatu malam  dari Al Masjidil Haram ke Al Masijidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sessungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. Al Isra' Ayat : 1).

Sebelum kita membahas peristiwa besar Isra’ wal Mi’raj, yang sangat kuat berkaitan dengan apa yang kita amalkan sehari-hari yakni sholat, mari kita meninjau kembali untuk balik kebelakang tentang pristiwa terpenting yakni, ketika Rasullullah dilantik menjadi Nabi tepatnya di sebuah tempat bernama “Gua Hira", apa sesungguhnya hubungan pelantikan Nabi di “Gua Hira" ini, mari kita fahami benar-benar, kata nafi (tiada) dan isbat (tetap), manfi (mentiadakan) dan musbat (menetapkan) karena yang kita jadikan momentum dua disisi Nya, Syari’at dan Hakekat (yang sudah di unggah secara transparan). Syari’at tanpa Hakekat itu tidak laku (bathilah), Hakekat tanpa Syariat juga tidak laku karena (‘atilah) di anggap hampa, jadi mesti dua Ilmu yang kita pegang, yang dijadikan momentum. 

Kata Iqra' pertama sekali turun wahyu Allah yang pertama, sepotong dari satu ayat. “Iqro’ bismi robbikallazii kholaq”satu ayat tapi sepotong ini yang pertama, "Iqra", (Baca) ! ini kata kerja yang bersifat perintah, printah baca! kebetulan baginda Rasul, tidak tahu tulis dan tidak tahu baca (terkenal itu beliau), karena dari kecil perhatikan, penderitaannya yang berantai, penderitaan yang bertali-tali yang tidak berkesudahan, dua bulan di kandungan Ibunya, wafatlah Ayahnya, umur sekian ibunya wafat, umur sekian lagi ibu asuhnya, Halimahtusa'diah wafat, umur sekian kakeknya wafat, sampai jadi kembala kambing, sampai ikut dengan keluarga pamannya (Abu Tholib) yang susah anak banyak, numpang tempat orang susah, wajib tahu diri, makan sedikit dibagi-bagi kadang beliau tidak kebagian, umur 12 tahun disitu beliau jumpa seorang pendeta "Bukhoiroh" membuat pernyataan demi Allah, wahai Abu Tholib, kulihat inilah cirri-ciri khas, Ahmad yang akan menjadi Rasul akhir zaman, yang Allah ceritakan di "Injil", wahai Abu Tholib peliharalah anak ini bagus-bagus, saya yakin betul ini orangnya,jika aku masih hidup kata "Bukhoiroh", nanti aku jadi baking tulang puggungnya, itu pernyataan "Bukhoiroh", sampai remajanya dia tidak tahu tulis dan baca, tapi dengan sikap mental yang dipimpin oleh Allah, sampai digelar Al Amin, di zajirah Arab, seorang pemuda yang jujur, kasta-kasta, suku-suku yang berperang-perangan pada waktu itu selalu sekali kalau mau berdamai beliau ini yang di angkat jadi hakim, untuk mendamaikan, mempersatukan orang-orang yang bertikai. 
Umur 25 tahun kawinlah dia dengan seorang janda kaya yang terkenal juga di Arab, singkat cerita, setelah 15 tahun perkawinannya jumlah umur 40 tahun, ia masuk ke "Gua Hira" untuk berkhalwat (bersunyi-sunyi,bersepi-sepi dan mengasingkan diri dari masyarakat ramai), beliau ingin berjumpa dengan Tuhannya, karena beliau sebelumnya sudah menerima kabar kalimah “ LAA ILAAHA ILLAALLAH” (Tidak ada Tuhan selain Allah),di "Gua Hira" dan beliau menerima perintah Iqra’, apa jawab Muhammad, beliau katakan "Maa ana Biqori’ (aku tidak bisa baca, apa yang mustiku baca)", kalaupun ada umpamanya tulisan didalam Gua tersebut, takkan juga terbaca, disamping memang beliau tak tahu membaca sekaligus Gua itu gelap tidak kan mungkin tampak bacaanya, maka beliau katakan "Maa ana Biqori’ (aku tidak bisa baca )”, di ulang oleh Jibril Iqra’ satu riwayat di bilang 3 kali, riwayat yang lain ada yang mengatakan 5 kali. Iqra’ (baca) apa yang dibaca Nabi, dikarenakan beliau tidak tahu nulis dan tidak tahu baca, setelah terbaca oleh Muhammad, yang di baca Muhammad apa ! inilah dia "Kalimatul Haq" (kalimat yang benar) “Ala Hiya Nahiya” (dengan nama Itu, Muhammad terasa hidup) Wa ALaiha Namuttu (dengan nama Itu, Muhammad terasa akan mati) Wa ALaiha Wabiha Nubangatsu InsyahAllau Minal Aaminin. Nabi Isya as pun di ciptakan oleh Allah lewat "Bikalimatihi"  (dengan kalimat Nya), maka di gelar Isya Al Masih itu adalah "Ruhullah". Jadi yang dibaca ini oleh Muhammad , "Kalimatul Haq" (kalimat yang benar) yakni, kalimah "Alif, Lam, Lam, Ha" (kalimah Lafzul Zalala). Ini bercahaya didalam diri kita, bersinar gemilang, terang benderang, letaknya di jantung, yang berdetak, dak,duk, . . dak,duk, . . dak,duk, dua jari di bawah susu kiri, namanya hati "Rohani". Dengan kembang kuncupnya sang jantung itu adalah yang kerja "Kalimatul Haqqi" dengan izin Allah. Kaliamat yang Haq dengan Dia kita hidup dengan Dia kita mati, saksikan silahkan kedalam batin masing-masing. 

Dan hatipun masih mau diprediksi, hati yang mana yang dimaksud, disini adalah hati "Rohani", yang di dalam jantung jasmani, bukan hati jasmani yang di dalam segumpal daging, Inilah "Kalimatul Haq" yang dibaca baginda Rasul, Jadi rasa remuk redam tulang belulang Rasullullah, sewaktu di rentapkan dadanya oleh Jibril as, dikala remuk redam di situ hilang rasa keingsanan, setelah dibaca baru di sambung oleh Jibril as “Bismi robbikallazii kholaq (dengan nama Tuhan yang menciptakan) siapa nama Tuhan ! ini dia yang dibaca Nabi, setelah nabi membaca di lanjutkan “Bismi robbikallazii kholaq” (dengan nama Tuhan engkau yang menciptakan) Nabi terus baca, Allah . .  Allah . . . Allah . . Jibril as terus menyambung ayat ”kholaqol insaana min ‘alaq”(yang menciptakan manusia dari segumpal darah) ”iqro’ wa robbukal akrom”(Bacalah dengan nama Tuhan engkau yang Mulia), Nabi terus baca Allah . .  Allah . .  Allah . . “allazii ‘allama bil qolam” (Yang mengajarkan manusia lewat perantaraan qolam), apa itu "qolam", ialah (gurisan) "allamal insaana maa lam ya’lam”(yang mengajarkan manusia dari tak tahu jadi tahu), tadinya Muhammad tidak tahu, jadi tahu “Allah”, apa itu ? yakni “Ismu Zat”, sekarang di “Bissmllah” ini sudah dipakai,  atau masih dibaca dalam hidup jawabannya, masih dibaca belum memakai, maklum kalau tidak ada faedah dan manfa’atnya. Seharusnya mesti di pakai sambil di baca, di benarkan dengan qolb(hati) tasditkun bi qolbi, baru Iqrarun bi lisani, di ikrarkan dengan lidah, Wafiqlun bi arkani di kerjakan dengan anggota tubuh. inilah sinar atau pancaran "Nur Zat Ilahi" yang ada di dalam diri, Allah Tanya kepada kita di surat ini.
وَفِي أَنْفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ 

Yang ada didiri kamu apa tidak pernah kamu perhatikan.”(QS.Ad dzariyaat Ayat : 21)

Itulah yang di ceritakan Rasullullah kepada istrinya (Khodijah) terasa remuk redam tulang belulangku di rentapkan oleh makhluk tersebut, karena belum tahu pada waktu itu siapa makhluk itu. Khodijah mendengar cerita itu merespon cerita abang sepupunya bernama "Waraqoh bin Aufal", kalau begitu wahai kekasihku inilah yang di ceritakan abang sepupuku, akan datang nanti seorang pemuda, ia akan bertemu dengan seorang makhluk dalam suatu Gua, makhluk itu bernama Jibril as, merekapun pergi menemui abang sepupunya, begitu di ceritakan oleh Muhammad, "Waroqoh bin Aufal" menyatakan Alhamdulillah berarti aku masih menemui utusan Allah yang terakhir, akan tetapi, sayang aku sudah jumpo, sekiranya aku masih kuat, nanti engkau di kala tabliq menyampaikan hak Allah, orang pertama musuh engkau, sanak keluarga (famili) mu sendiri, dan sekiranya aku masih kuat, orang pertama akulah menjadi tulang punggungmu menyampaikan haq Allah.
Dan Allah terus membimbing qalb (hati) Rasul, sehingga terpancarlah dari qalb (hati) nya, kedudukan "Sifat Tabliq" (menyampaikan), dari qalb (hati) nya terpancar "Sifat Iradat" (kehendak), terpancarlah dari  pemikirannya, kedudukan "Sifat Amanah" (percaya), dari  pemikirannya terpancar sifat "Ilmu" (tahu), terpancarlah dari perasaannya, kedudukan "Sifat Siddiq" (benar), dari perasaannya terpancar "Sifat Hayyat" (hidup). Dari peristiwa ini Rasulullah mengalami perubahan drastis pada fisiknya yang menggigil dan kedinginan yang teramat sangat setelah selesai "Khalwat di Gua Hira'" untuk berjumpa dengan Tuhannya, disinilah peran seorang istri sholeha "Khodijah" yang merawat Rasul hinggah enam bulan lamanya, berselimutan terus setelah itu Allah SWT berfirman,
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ,قُمْ فَأَنْذِرْ,وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ,وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ,وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ,وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ,وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ,فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُورِ,فَذَٰلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ,عَلَى الْكَافِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ

”Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah,lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. Apabila ditiup sangkakala. Maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit. Bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah.”(QS. Al Muddatstsir Ayat; 1-10).

Wajar jika seorang "Salik" yang menempuh jalan Tarekat, di anggap tidak waras (gila) dan sakit beberapa tahun lamanya yang dialami, "Rasul" saja kekasih Allah seperti itu, apalagi si "Salik", akan tetapi sesungguhnya dialah yang sehat dan sempurna. Perbuatan Rasul ini di ikuti dan diamalkan oleh, "Sahabat Rosul,Tabiin,Tabiin-Tabiin,Ulama’-Ulama’, Syekh atau Kyai kita dan sampai kepada para Salik" saat ini. Dan amalan "Khalwat" juga di amalkan oleh "Nabi Musa as" selama 40 malam, ketika ia ingin berjumpa "Tuhannya di bukit Thuursina, tempat terkenal di daerah ini adalah Jabal Musa.Adalah nama sebuah puncak gunung tertinggi, dari sederetan gugusan pegunungan yang ada di semenanjung Sinai, Mesir. "Peristiwa "Pelantikan Kenabian di Gua Hira’" ini berkaitan erat dengan perjanjian kita kepada sewaktu di "Alam Ruh" yang sudah "Bersyahadah" (menyaksikanNya)”alastu birobbikum, qooluu balaa syahidnaa,(Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.”(QS.Al A’raaf Ayat; 172) dan berkaitan terus ke peristwa besar perjalanan Rasulullah Muhammad SAW (Isra’ wal Mi’raj), dan terus berkaitan tentang masalah "Khusuk" dalam sholat, Syaum, Zakat dan Hajji dan akhirnya sampailah pada ketentuan terakhir yakni di saat "Ruh" sampai di kerongkongan. (silakan kunjungi unggahan di artikel ini dengan tema “Pohon jelatang di tepi laut, gugur bunganya di makan ikan, Jika datang si Malaikat maut, ilmu apakah yang anda gunakan !”) Jadi sekian banyaknya ilmu yang di unggah. Kita pelaku di posisi  tingkat awam bersegeralah mencontoh kehidupan Rasulullah Muhammad SAW yakni, ”Bertarekat (Berkhalwat)" memproduksi jiwa "Ikhlas""Berhakekat" memproduksi jiwa "Ridho""Bermakrifat" memproduksi jiwa "Ikhsan" dan "Bersyari'at" memproduksi jiwa "Tawaqal" kepada Allah SWT.
Demikianlah wejangan ini, mohon ampun kepada Allah, mohon ma’af, bila terdapat kesalahan dan sedikitpun tidak ada maksud tertentu, hanya semata-mata menyampaikan haq Allah, agar kita dihadapan Al Haq, tidak saling tuding menuding satu di antara kita, atas ma’af  yg diberikan, penulis ucapkan tarima kasih, semoga bermanfa’at, hanya kepunyaan Allah lah segala puji-pujian teragung. InsyaAllah, kita lanjutkan artikel berikut, membahas masih tentang Rukun Islam kedua yakni “Sholat” di karenakan saling terkait, kiranya  penulis berharap agar unggahan-unggahan artikel sebelumnya dan sekarang difahami benar-benar, supaya sebagai bahan acuan untuk melengkapi unggahan-unggahan artikel akan datang sehingga tidak kehilangan arah dan tujuan ,

إِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلا, وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم

Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim.Yaa .. Allah, hilangkanlah rasa ujub dalam diri kami sehingga kami tidak pernah terlepas dari tali Aqidah yang sangat kokoh, Aamiin . . yaa Robbal Aalamiin, 
Billahi taufiq wal hidayah.   
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 


Kata-Kata Arifbillah

"Kebahagiaan terletak pada kemenangan 
memerangi hawa nafsu dan menahan 
kehendak yang berlebih-lebihan". (Imam Al Ghazali)
                  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar