Kamis, 27 Juli 2017

Bukanlah orang kuat itu, yang kuat bergulat, akan tetapi orang kuat itu adalah orang yang mengendalikan Hawa dan Nafsu (Al Amarah dan Al Lauwamah) (Bagian 1)

                                                           Bagian 11


Adalah Aku satu perbendaharaan yang tersembunyi, 
Maka inginlah Aku supaya di ketahui siapa Aku.
Maka Aku jadikanlah makhluq Ku, 
Maka dengan Allah mereka mengenal Aku

,السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ , بــِـسْمِ اللهِ الرَّحْــمٰنِ الرَّحِــيْمِ 
,الحــمدلله ألصــلاة والســلام على رسـول الله
و على آله وصـحبـه اجـمعيـن 
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ , اَمَّا ب

Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam semesta, berfirman,

بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ

Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. (QS. Surat Al Ankabut Ayat : 49)        

Subhaanallah, Ayuhal hadirin wal hadirati Rahimahkumullah. Dengan mendahulukan syukur yang dalam kehadirat Allah SWT, Zat yang memiliki sifat Jalal (kebesaran Tuhan), Dia menciptakan 12 bulan, terkhusus bulan mulia, penuh berkhah, rahmat dan keampunan yakni, bulan suci Ramadhan, teruntuk makhluk yang mempercayai Nya dengan Iman ilmul Yaqin, Iman Ainul Yaqin, Iman Haqqul Yakin dan Iman Kamallul Yaqin untuk mengangkat derajadnya sehingga menjadi Abdi yang bertaqwa di sisi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam. Dan dengan kekuatan dorongan Imani wal Islami tersebut kita mempunyai kemampuan menyisihkan waktu untuk membaca dan memahami artikel yang penulis unggah dalam rangka meneruskan kewajiban yaitu menambah ilmu pengetahuan agama Islam.

Sembari kita iringkan sholawat dan salam kepangkuan rohaniah junjungan kita pimpinan agung Nabi besar Muhammad SAW, yang di utus oleh Allah ta’ala spesialis zulumati ilaa nur, untuk memandu umat manusia supaya keluar  dari lembah hina, hidup zulmah (gelap) tanpa aturan ilaa nur menujuh arah cahaya yang terang benderang, diseluruh aspek kehidupan zhohir dan batin, baik itu untuk kepentingan duniawi wal akhirati, sehingga syafa’at Rasullullah, tersebut melimpah dan menghunjam kelubuk jiwa kita bersama, Aamiin. Yang mulia tuan-tuan guru Syekh, Kyai, dan Alim Ulama’ rahiimahkumullah, mohon izin dan restunya untuk membahas tentang Rukun Islam, ketiga yakni,” Syaum (puasa)” (di dalam hal ini, keterkaitan Rukun Islam Pertama yakni, Syahadah sangatlah kuat sekali hubungannya dengan Syaum/ puasa), melihat kondisi kepada khususnya  umat Islam dan jika terdapat kekeliruan dalam penyampaian, mohon diluruskan. 

Tak lupa terima kasih kepada para pembaca artikel ini, yang telah berkenan membaca, memperhatikan dan memahami, dari awal unggahan artikel hingga saat ini,dan harapan penulis untuk menanggapi postingan yang diunggah kiranya kita menggunakan ilmu Dalil (bukti) dari Al Qur‘an, ilmu Madlul (yang di buktikan) dari Al Qur’an dan Ayat Muktamat (ayat yang terang artinya tidak memerlukan penafsiran) dan Muktasabihat (ayat yang perlu penjelasan) dari Al  Qur’an. Semoga Allah SWT,melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, Aamiin, artikel yang penulis unggah banyak sekali ilmu Islam bagi siapa-siapa yang ingin memperoleh ilmu agama besar ini. Saudara/i  yang di rahmati Allah SWT,disini saya berharap sekali agar kiranya artikel yang lalu benar-benar difahami, di ulang-ulang membacanya, karena unggahan ini berkaitan erat dengan unggahan yang lalu, sekarang dan akan datang. Untuk melanjutkan  unggahan  artikel pekan lalu, agar kiranya tidak terputus, penulis berusaha mencoba semaksimal mungkin menggunakan bahasa yang mudah difahami dan berharap pembaca unggahan artikel ini, untuk tidak terburu-buru,tergesa-gesa, santai dan dalam keadaan tenang, dan dengan waktu luang sehingga karunia Allah SWT, berupa faham akan turun, InsyaAllah.

Rasullullah bersabda :“Kam min shaa-iman laisa lahu min dhiyaamihi illal juu’u wal ‘athsyu”.(Kebanyakan umatku syaum(puasa) tidak dapat apa-apa/tidak ada nilai dari Syaum/puasanya), kecuali lapar dan dahaga”.

Dengan iman kita bisa mengabdikan diri kepada Allah, dengan ilmu kita bisa menilai, menghitung (menghisab), kita punya amal, apakah kita tergolong orang yang tertuding oleh Nabi, apakah kita tergolong orang yang menikmati hidangan Nabi. Hidangan yang di sediakan Nabi 3 (tiga ) kriteria yakni : 1 Rahmat.(1 sampai 10) 2. Magfirrah (11 sampai 20 ). 3. Itkuminannar (21 sampai . . . . ) Ramadhan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al Baqaraah Ayat: 183)

Kepercayaan ini di tuntut oleh Rasul.”Man shaama ramadhaana iimaanan wahtisaaban ghufira lahu maataqaddama min dzanbihi” (Barang siapa yang Syaum/puasa penuh keimanan akan Allah masukkan ke surga tanpa ada perhitungan). 

Ramadhan adalah Pembekaran. Apa yang perlu di bakar ? 

1.Ramadhan awaluhu rahmah. (Bulan Ramadhan awalnya penuh dengan rahmat), 2.Wawasatuha maghfirroh. (pertengahannya keampunan), 3.Waakhiruha itkumminanniroh.(Akhirannya kebebasan dari api neraka). 

Inilah hidangannya, musti betul-betul syaumnya sehingga tepat sasaran. Syaum itu adalah penahanan, apa yang di tahan ? 
Adapun yang akan di tahan dan yang tidak boleh keluar dari dalam diri yakni, 
Dengan bersyaum (puasa) Hakekat 1. (Jiwa kufur ni’mat (mendekati kafir jali) 2. Jiwa musyrik 3. Jiwa munafiq (dipenuhi najis batiniah) yakni, asad (iri hati), haqad (dengki atau benci), suuz-zan (sangka buruk), kibir (sombong),ujub (meresa sempurna diri dari orang lain), riya’(mempamerkan kelebiahan),suma’ (cari-cari nama atau kemasyhuran), bukhul (kikir), hubbul mal (kebendaan), tafahur (membanggakandiri), ghadab (pemarah), ghibah (pengupat), namimah (bicara dibelakang orang),kizib (dusta), khianat (munafiq). Adapun yang akan di tahan dan yang tidak boleh masuk dari dalam diri yakni,Dengan bersyaum (puasa) Syari’at, yang tidak boleh masuk kedalam diri, makanan dan minuman Syaum menahan diri, diri yang mana?. 
yakni: 1 Diri ruh robbaniyah (jiwa ketuhanan) yang selalu membantah dan menentang (kufur ni'mat) kepada Allah. 2 Diri ruh thobi’i. (jiwa musyriq) yang selalu mensyekutukan Allah 3 Qolbi (hati). (jiwa munafiq) yang selalu mendusdustai Allah 4 Jasad/Jisim (jiwa fasiq) yang selalu melanggar perintah dan larangan Allah dan Rasul Nya. Jadi harapan orang yang menahan diri di bulan Ramadhan itu faham, apa yang mau di bakar, yang keempat itulah yang mau di bakar, terbakar tidak dia, di bulan Ramadhan, kalau terbakar hangus habis dia atau tambah tumbuh, akhirnya di Idul Fitri. Tanda orang yang mendapatkan rahmat yakni terbukanya hijab, sehingga terasa dengan Allah, baik itu dekat secara rohaniah, itu ikhsan namanya, baik dekat secara thobi’i itu ridhoh namanya, baik dekat secara qolbi (hati), itu ikhlas namanya, baik dekat secara jasad (jisim), itu tawakal namanya. Silahkan kunjungi di blog ini tentang ”Jalan yang sungguh melelahhkan,penuh onak dan duri, jurang di kanan kiri,tebaran kerikil tajam lagi mendaki ,Hanya  demi ridho Ilaahi”Dengan dekat itulah membuat orang cinta Allah, bisa jadi rindu Allah, itu tanda orang-orang yang mendapat rahmat dari Allah SWT, yang di jadikan Allah sebagai rahmat untuk sampai kepada kita  apa ?  
Allah SWT,berfirman dalam Kitab Suci Al Qur'an 
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Tidaklah Kami utus engkau wahai Muhammad kecuali untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam. (QS. Al Anbiya' Ayat :107) 

Jadi Muhammad itu  adalah rahmat Allah, orang yang dapat rahmat adalah orang yang dekat  Muhammad atau orang yang dapatkan syafa’at Muhammad, maka syafa’at Muhammad, mensyafa’ati kita untuk kenal Allah (untuk makrifat). Orang yang makrifat itu mendapat rahmat dari Allah, lewat syafa’at yang di berikan Muhammad SAW  kepada kita. “Awalun wajibin insyani, makrifatullah bi istiqoni “ Ada bentuknya rahmat itu dan ada tandanya yaitu : Terbukanya nur zat dari qolbi (hati), dari hati rohani terpancar ke hati Jasmani meliputi keseluruh tubuh, sinar (cahaya) itulah yang dikatakan cahaya Allah, cahaya Allah itu tiada lain adalah yang terpuji (Muhammad). Orang yang mendapat rahmat, nanti bertumbuh besar keyakinan (kepercayaan)nya kepada Allah. Terasa dekat itu berpariasi ada dekat dalam unsur kerinduan, karena nyata ada Nya walaupun belum ternyata keberadaan Nya melalui nur tersebut (melalui cahaya itu sehingga terasa “Min habil warid” (lebih hampir dari urat lehernya ), sehingga nanti rasanya ”Wahuwa ma’akum aina maakuntum” (dimana saja kamu berada terasa dengan Allah) dan kemana terpandang ini wajah Nya “Fasamawajahullah” (di situ terpandang wajah Allah). Tidak sia-sia kita memandang alam ini. Adapun yang terjadi, yang tercipta dan yang terpandang sama kita, itu jadi pahala bagi kita, medapatkan rahmat Allah “Maka mereka itu Kami tukarkan keburukannya dengan hasana (kebaikkan),“ yang demikan ini tandanya Allah Pengampun dan Penyayang terhadap hamba Nya.

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh, Maka itu keburukkan mereka diganti Allah dengan kebaikan Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Al Furqaan Ayat: 70).

Dapatkah bertukar buruk dan baik sebelum mendapat rahmat ? Kuncinya di sini. Siapa yang mendapat rahmat ? Yakni orang yang di syafa’ati oleh Rasul, jadi kapan safa’at kita harapkan ? Safa’at itu mengantarkan kita makrifatullah (kenal kepada Allah), baik secara ilmul Yakin, Aainul Yakin dan Haqqul Yakin serta kamallul yakin. Itkuminanniron ( kebebasan dari api neraka ), orangnya berjiwa zuhud. Arti Zuhud yakni, terlepas dari apa yang ada di tangan orang lain atau terlepas dirinya dari ikatan urusan dunia. Terikat kepada janji kepada Allah, tuntutan sekarang kita harus ingat (zikir) kepada Allah, Begitu kita kenal kepada Allah terikat kepada janji kita terlepas dari urusan dunia sehingga hidup sekedar hajad, kalau sekedar hajad tidak ngoyo-ngoyo lagi, tidak nguber-nguber lagi. 

Itu perlunya kita sampai pada makam zuhud. Bagaimana cara syaum Ramadhan yang bisa mencapai hidangan yang tiga ini, yakni ; Tawakal, Ikhlas, Ridho, dan Ikhsan, sehingga orang itu nanti akan fitrah, begitulah cara syaumnya. Syaum (puasa) kan ruh robbaniah dari sifat kafir jali (kufur nikmat), jangan sampai keluar yang membatalkannya yakni keakuan (keegoisan) kepada Allah. Syaum (puasa)kan ruh thobi’i (otak) dari sifat musyrik, jangan sampai keluar yang membatalkannya, yakni mensyekutukan Allah. Syaum (puasa)kan  qolbi (hati) dari sifat munafiq, jangan sampai keluar yang membatalkannya yakni  berbohong (dusta) kepada Allah, Syaum (puasa) kan  Perut (jisim) dari sifat fasiq, jangan sampai masuk yang membatalkannya, yakni makan dan minum  karena, yang ini menggugurkan iman kalau yang jasad menggugurlkan amal (pahala), kalau syaum (puasa) batinnya rusak, syaum (puasa) zohirnya rusak yang gugur dua yakni, Iman dan Amal. 

Yang di suruh beramal siapa ? . 


Tentulah orang beriman, imannya gugur, bagaimana Imannya ?. . . padahal anjurannya sangat kuat sekali.


وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا


"Jangan kamu turutkan amal yang kamu tidak mengerti ilmunya, Sesungguhnya nanti, telinga kamu, mata kamu, hati kamu, semua masing-masing akan di tanyai pertanggung jawabannya, kamu perturutkan amal padahal kamu tidak mengerti apa yang kamu amalkan" (QS. Al Isra' : 36).

Yang mana tanda fitri ! . . yang fitri adalah Abdi (hamba) tandanya adalah taqwa, menyebabkan ia taqwa, apa tandanya! . . tawaqal, ikhlas, ridho dan ikhsan maka fitrah (suci) lah ia , yang di maksud fitrah di sini adalah ?

Yakni asal-usul kejadian manusia

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka tegakanlah (hadapkanlah) wajah engkau terhadap agama secara menyeluruh dan menyerahlah kepada Allah sepenuhnya, fitra Allah azas kejadian dengan agama tidak bercerai di antara yang dua ini.Itulah agama vertical yang tegak lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengerti”.( QS. Al Ruum Ayat : 30 )


Jadi orang fitrah ini ada tempat tiliknya, awal fitrah itu dari sini, kita dulunya ada ketetapan awal, yang di katakan : 
I.Takyunun awal (ketetapan awal), Takyunun awal kita di alam ruh, kerja kita di alam ruh sudah syahadah, setelah Allah menghidupkan.”Bukankah Aku Tuhanmu”, fitranya itulah jadi Ikhsan, jadi bohong kalau belum sampai ke alam ruh.

2.Takyunun tsaniah ( fitra kita kedua di alam kandungan ), Kata fitra di sini suci dan bersih akan tetapi sudah mulai bernajis, mulai di bungkus oleh najis tetapi dia belum tahu najis, akan tetapi sudah di liputi oleh najis, namun belum wajib berthoharoh masih fitrah juga di bebaskan oleh Allah SWT,posisinya tetap fitra. Apa yang terjadi di kandungan ibu 4 (empat) bulan X 30 hari sama dengan 120 hari, ini  berupa jasad yang belum masuk ruh, namanya tetap jasad kalau keluar belum masuk ruh ini mayyit tidak perlu di mandikan, tidak perlu di sholatkan akan tetapi sudah genap 120 hari,“Ku tiupkan ruhKu kedalam jasad” inilah di katakan Takyunun tsaniah. Tempat jasad tadinya di alam arwah mulai di alam Ajasam jisimnya yang masuk, itulah fitrah Allah, artinya disana itu sifat Tuhan semata, kita pada waktu itu tidak tahu apa-apa, “La illma lana” tidak mempunnyai pengetahuan sedikitpun sama sekali “illa ma alam tana” kecuali nanti di kasih tahu, ini dikatakan Takyunun yang kedua, kita masih Syahadah kepada Allah 

3.Takyunun tsulasi (ketetapan ketiga di alam kandungan) hidupnya jasad itu di dalam kandungan ibu, buka (Q.S Al Mu’minun Ayat; 12-16), di suratkan taqdirnya, dituliskan dan masih fitrah (belum di dosai).

4.Takyunun Ruba’i (ketetapan ke empat) di sini masih fitrah sampai akhlil baliq, akhlil itu akal,baliq yakni sampai suatu kewajiban dan sampai ketetapannya itu, di tandai dengan bermimpi bagi laki-laki dan haid bagi perempuan. Bagi perempuan ini masih fitrah, kurang lebih 14 tahun dari sini keatas ada fardu ‘ain (ada kewajiban).

Demikianlah wejangan ini,“Bukanlah orang kuat itu,yang kuat bergulat,akan tetapi orang kuat itu adalah orang yang mengendalikan Hawa dan Nafsu (Al Amarah dan Al Lauwamah)” (Bagian 1). Mohon ampun kepada Allah SWT, mohon ma’af, bila terdapat kesalahan dan sedikitpun tidak ada maksud tertentu, hanya semata-mata menyampaikan haq Allah SWT, agar kita dihadapan Al Haq, tidak saling tuding menuding satu diantara kita,atas ma’af  yg diberikan, penulis ucapkan tarima kasih, semoga bermanfa’at, hanya kepunyaan Allah lah segala puji-pujian teragung. InsyaAllah, kita lanjutkan artikel berikut, tentang Rukun Islam kedua yakni “Syaum (puasa)” di karenakan saling terkait, kiranya  penulis berharap agar unggahan-unggahan artikel sebelumnya dan sekarang difahami benar-benar, supaya sebagai bahan acuan untuk melengkapi unggahan-unggahan artikel akan datang sehingga tidak kehilangan arah dan tujuan ,

إِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلا, وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم

Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim.

Yaa .. Allah, hilangkanlah rasa ujub dalam diri kami sehingga kami tidak pernah terlepas dari tali Aqidah yang sangat kokoh, Aamiin . . yaa Robbal Aalamiin,bagi yg belum faham tentang pembahasan yang diuraikan,saya persilakan untuk bertanya dengan segala hormat.
Billahi taufiq wal hidayah.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 


Kata-Kata Arifbillah

"Kalau besar yang dituntut dan mulia yang dicari,
maka payah melaluinya, panjang jalannya 
dan banyak rintangannya". (Imam Al Ghazali)


                        



Tidak ada komentar:

Posting Komentar