Kamis, 27 Juli 2017

Bukanlah orang kuat itu,yang kuat bergulat,akan tetapi orang kuat adalah orang yang mengendalikada n Nafsu (Al Amarah dan Al Lauwamah) (bagian 3)

                                                                                Bagian 13


Adalah Aku satu perbendaharaan yang tersembunyi, 
Maka inginlah Aku supaya di ketahui siapa Aku.
Maka Aku jadikanlah makhluq Ku, 
Maka dengan Allah mereka mengenal Aku

,السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ , بــِـسْمِ اللهِ الرَّحْــمٰنِ الرَّحِــيْمِ 
,الحــمدلله ألصــلاة والســلام على رسـول الله
و على آله وصـحبـه اجـمعيـن 
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ , اَمَّا ب

Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam semesta, berfirman,

بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ

Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. (QS. Surat Al Ankabut Ayat : 49) 

Subhaanallah, Ayuhal hadirin wal hadirati Rahiimahkumullah. Dengan mendahulukan syukur yang dalam kehadirat Allah SWT, Zat Yang Maha Pengampun, memasuki tahap pertengahan Syaum(puasa) Ramadhan ini, Dia membukakan pintu keampunan bagi makhluq Nya yang mengharapkan keampunan Nya.”Pintu tobat selalu terbuka sering kita hanya duduk di depannya sampai lupa memasukinya”, sehingga sampai kepada saat ini,umur kita masih berkhah di dalam Imani wal Islami,sehingga dengan kekuatan dorongan Imani wal Islami tersebut kita mempunyai kemampuan menyisihkan waktu untuk membaca dan memahami artikel yang penulis unggah dalam rangka meneruskan kewajiban yaitu menambah Ilmu pengetahuan agama.

Sembari kita iringkan Sholawat dan Salam kepangkuan rohaniah junjungan kita pimpinan agung Nabi besar Muhammad SAW,yang di utus oleh Allah Ta’ala spesialis zulumati ilaa nur, untuk memandu umat manusia supaya keluar dari lembah hina, hidup zulmah (gelap) tanpa aturan illa nur menujuh arah cahaya yang terang benderang, diseluruh aspek kehidupan zhohir dan batin, baik itu untuk kepentingan duniawi wal akhirati, di sana diatur oleh Allah spesialis menurut kebutuhan manusia itu sendiri, kiranya mari kita sama berharap agar senantiasa Allah ridho atas kerja baik yang kita lakukan, sehingga Syafa’at Rosulullah,tersebut melimpah dan menghunjam  kelubuk jiwa kita bersama.Yang mulia tuan-tuan guru Syekh, Kyai, dan Alim Ulama’ rahiimahkumullah, Mohon kiranya, izin dan restunya untuk membahas tentang Rukun Islam, ketiga yakni,” Syaum (puasa)” (di dalam hal ini, keterkaitan Rukun Islam Pertama yakni, Syahadah sangatlah kuat sekali hubungannya dengan Syaum/puasa), melihat kondisi kepada khususnya  umat Islam dan jika terdapat kekeliruan dalam penyampaian, mohon diluruskan.

Tak lupa terima kasih kepada para pembaca, yang sudah berkenan membaca, memperhatikan dan memahami,dari awal unggahan postingan hingga saat ini,dan harapan saya untuk menanggapi artikel yang diungga kiranya kita menggunakan Ilmu Dalil (bukti) dari Al Qur‘an,Ilmu Madlul (yang di buktikan) dari Al Qur’an dan Ayat Muktamat ( ayat yang terang artinya tidak memerlukan penafsiran) dan Muktasabihat (ayat yang perlu penjelasan) dari Al  Qur’an. Semoga Allah, melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, Aamiin, artikel yang penulis unggah  banyak sekali ilmu Islam bagi siapa-siapa yang ingin memperoleh ilmu agama besar ini, dan bersabarlah untuk membacanya. Para pembaca sekalian yang dirahmati Allah ,disini penulis berharap sekali agar kiranya artikel yang lalu benar-benar difahami, di ulang-ulang membacanya, karena unggahan ini berkaitan erat dengan unggahan yang lalu, sekarang dan akan datang. Untuk melanjutkan  unggahan artikel pekan lalu agar kiranya tidak terputus, penulis berusaha mencoba semaksimal mungkin menggunakan bahasa yang mudah difahami dan berharap pembaca unggahan artikel ini, untuk tidak terburu-buru, tergesa-gesa, santai dan dalam keadaan tenang, dan dengan waktu luang sehingga karunia Allah, berupa faham akan turun, InsyaAllah.

Rasullullah Muhammad SAW bersabda “Kam min shaa-iman laisa lahu min dhiyaamihi illal juu’u wal ‘athsyu”. (Kebanyakan umatku Syaum (puasa) tidak dapat apa-apa/tidak ada nilai dari Syaum/puasanya), kecuali lapar dan dahaga”. 

Dengan iman kita bisa mengabdikan diri kepada Allah, dengan ilmu kita bisa menilai, menghitung (menghisab), kita punya amal, apakah kita tergolong orang yang tertuding oleh Nabi, apakah kita tergolong orang yang menikmati hidangan Nabi. Hidangan yang di sediakan Nabi 3 (tiga ) kriteria yakni : 1  Rahmat.(1 sampai 10) 2. Magfirrah (11 sampai 20 ). 3. Itkuminannar (21 sampai . . ) Ramadhan,bulan Ramadhan awalnya rahmah. Siapakah orang yang mencicipi hidangan itu dan apa tanda-tanda telah mencicipi rahmat tersebut ? Kalau agamanya tidak tepat sesuai anjuran Allah dan Rasul lantas mau surga, itu bagaikan pungguk merindukan bulan. Tanda orang yang mendapatkan rahmat itu ada keterbukaan hijab(dinding) yang menghalangi antara hamba dengan Kholiknya. Hijab itu adalah hawa dan nafsu. Orang yang mencicipi rahmat di bukakan Allah hijab tersebut, Ibadah Syaum(puasa) yang mendapatkan syafa’at Rasul yang orang akan kembali kepada kata fitrah (suci dan bersih), yang bersih, Ruhnya, apanya yang bersih Thobi’atnya, apanya yang bersih Qolb (hati)nya dan apanya yang bersih Jisimnya. Jisimnya bersih tidak ikut campur dalam perbuatan diserahkan kepada Tuhannya.Tawwakal namanya, Qolb (hati)nya bersih, waktu niat dan tidak ikut campur terserah kepada Iradat Tuhan, Thobi’inya bersih, ia tidak ikut campu terserah sama ilmu Tuhan mau di atur kemana dan terserah saja, ruhnya bersih terserah sama Hayyat Tuhan, dia tidak mau bersifat keakuan disana. 
Pegangilah ini jadi ilmu, ilmu bahasa Arabnya, bahasa kita tahu,tahu kita sudah bersih, tahu kita masih kotor, tahu kita sudah bersih di otak,tahu kita masih kotor,kalau sudah begini (keterangan diatas) sudah sempurna atau belum ! jawabannya sudah tinggal lagi belum dipandang disisi Allah, sebelum bayar zakat, 

Dari Anas bin Malik dari Nabi ‘alaihish shalaatu wassalam,bahwa beliau bersabda “Shaumul ‘abdi  mu’allaqun bainas samaa-i wal ardhi hattaa yu-addiya shadaqatal fithri” (Puasa seorang hamba itu tergantung di udara antara langit dan bumi, sampai dia menunaikan zakat fitrah), 

Tapi dialah yang mengangakat potensi syaum Ramadhan kita dengan seluruh amal sunnah kita, zakatul Fitri itu. Ini hablul (Syaum) minallah dan zakatnya Hablul minannas karena tidak boleh di pisah. Bahkan dengan sifat Ghofurrurrahiim  Allah SWT, kita lebih di beratkan hubungan kita sama kita oleh Allah, daripada hubungan kita kepada Dia. Misalkan, kita berbuat kesalahan kepada Dia,lalu datang mohon kepada Allah, minta ampun kepadaKu, sebesar apa dosa yang dibuat, Ku ampunkan, ibarat buih dilautan, ibarat jamur tumbuh di musim hujan, ibarat bintang di langit yang bertaburan, datanglah kepadaKu, Aku ampunkan. Akan tetapi tentang kesalahan-kesalahan atau dosa-dosa kepada saudaramu sesama manusia, Aku tidak bisa mengampunkan kecuali, orang itu sendiri yang mema'afkan. Umpamanya, ada saudara kita yang melarat yang belum makan, sementara kita bersenang-senang, dalam Idil Fitri, hubungan kita sesama manusia bulum syah hinggah mengeluarkan zakat Fitrah kepada mereka. Dan hati-hati sekali dalam penyampaian Zakat Fitrah ini, jangan sampai salah salur dan sasaran, Dan di dalam pelaksanaan zakat Fitrah ini sudah diatur secara terperinci oleh ilmu syari’at (ilmu Fiqih). Sudah bisa mengeluarkan zakat Fitrah akan tetapi salah salur dan sasaran, sama halnya dengan tidak mengeluakan bahkan lebih besar dosa orang yang mengeluarkan salah salur dan sasaran. Perhatikan benar-benar QS.At Taubah Ayat : 60

 إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

"Sesungguhnya zakat-zakat itu,hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'alaf yang di bujuk hatinya, unduk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang di wajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. At Taubah Ayat : 60).


Ini keputusan Allah yang tidak boleh di ganggu gugat. Allah mensejahterahkan,delapan asnaf dan di dahulukan sekali yakni, Fakir dan Miskin, apa beda Fakir dan Miskin. Si Fakir adalah orang yang tidak memiliki sekaligus tidak punya usaha, tidak bisa lagi usaha (Jumpo). Si Miskin adalah orang yang ekonominya ada akan tetapi tidak pernah mencukupi (tidak pernah standart menurut ukuran). Nabi Muhammad SAW mengintruksikan “Cukupi mereka pada hari itu”. 


Dan hendaknya seorang Muzaki (yang mengeluarkan zakat) harus tahu kondisi dan qualitas penerima zakat (mustaha’), tentang amal ibadahnya tentulah seorang musholi (pelaku sholat) bagaimana nasib mustaha’ yang tidak sholat! Hal itu adalah urusan ia mengapa tidak sholat, ini adalah sangsi hukum, perdata saja ada sangsi hukumnya dan pidana pun juga ada sangsi hukumnya, apalagi untuk akhirat, kalau mau para pembaca sekalian selamat hidup di dunia dan di akhirat sebab yang punya aturan dan undang-undang dan yang memiliki kita adalah Allah, yang menguasai kita di akhirnya pun nanti Dia,Tuhan seru sekalian alam, tidak ada yang bisa beralasan, di hadapan Nya, dikala itu hanya perlindungan Dia sajalah yang berlaku, syarat perlindungan  ialah yang taqwa kepada Allah, Dan di dalam pelaksanaan zakat Fitrah, ditunjuk beberapa badan Amil zakat oleh Amir (pemimpin agama), yang jujur (amanah) dan adil, jika tidak jujur (amanah) dan adil, itu kembalilah kepada para pembaca sekalian untuk mengambil kebijakkan sendiri, bahkan di sini yatim tidak boleh di beri zakat, anak yatim itu seharusnya siang dan malam itu di tanggung jawabi oleh mu’min (orang-orang yang beriman), karena mu’min bapak si yatim, mu’minat ibunya si yatim, sehingga sandang pangan, kesehatan, tempat dan pendidikan itu tanggung jawabi kita secara mutlak. Jika kita tidak di tanggung jawabi anak-anak yatim, Allah, keluarkan kita dari Islam, di anggap kita pendusta agama, perhatikan benar-benar Ayat Allah ini.

 أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ, فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim,”(QS. Al Ma’uun Ayat ; 1-2)

Usahakan jika ingin selamat, di At Taubah Ayat: 103

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka (Muzaki) dan mendoalah untuk mereka (Muzaki). Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka (Muzaki).Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS. At Taubah Ayat: 103)         

Jadi si penerima (Mustaha) ini adalah orang yang tahu do’a, itu maksudnya,dengan syarat do’a, syarat do’a adalah,Perhatikan benar-benar Ayat Allah SWT.

 وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah Ayat: 186).

Jadi orang yang berhak menerima itu adalah orang yang tahu do’a, orang yang do’a itu adalah si Musholi (pelaku sholat), Jadi jangan salurkan kepada orang yang tidak sholat walaupun air mata berderai dengan rasa kasihan walaupun batin terasa perih kalau urusan ibadah jangan berikanlah, karena ibadah akan menggantung syaum syahri Ramadhan satu bulan penuh, jika uang pribadi di luar zakat Fitrah silahkan dengan rasa kasihan, Jika kebiasaan yang selama ini (diberi sama rata tanpa ada pengetahuan agama) itu sudah hukum kebiasaan, kebiasaan itu munculnya dari toleransi, toleransi tidak bisa membatalkan hukum, hukum tetap hukum, toleransi tetap toleransi, jika ingin bertoleransi lihat dulu hukum. Semoga ini di jadikan putusan yang positif untuk tiap-tiap kita agar kita supaya meni’mati hidangan dari Allah, Rahmat, Maghfirah dan Itkuminanniran,nanti kita akan Aidil Fitri kembali kepada Fitrah.

Demikianlah wejangan ini,“Bukanlah orang kuat itu,yang kuat bergulat,akan tetapi orang kuat itu adalah orang yang mengendalikan hawa dan nafsu (Al Amarah dan Al Lauwamah)(Bagian 3).”Mohon ampun kepada Allah SWT,mohon ma’af, bila terdapat kesalahan dan sedikitpun tidak ada maksud tertentu,hanya semata-mata menyampaikan haq Allah SWT, agar kita dihadapan Al Haq, tidak saling tuding menuding satu diantara kita,atas ma’af  yg diberikan,saya ucapkan tarima kasih, semoga bermanfa’at, hanya kepunyaan Allah lah segala puji-pujian teragung. InsyaAllah, kita lanjutkan artikel berikut tentang Rukun Islam kedua yakni “Syaum (puasa)” di karenakan saling terkait, kiranya  saya berharap agar unggahan-unggahan artkel sebelumnya dan sekarang difahami benar-benar, supaya sebagai bahan acuan untuk melengkapi unggahan-unggahan artikel akan datang sehingga tidak kehilangan arah dan tujuan , 

إِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلا, وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم

Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim.

Yaa .. Allah, hilangkanlah rasa ujub dalam diri kami sehingga kami tidak pernah terlepas dari tali Aqidah yang sangat kokoh, Aamiin . . yaa Robbal Aalamiin,
Billahi taufiq wal hidayah.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 




Kata-Kata Arifbillah


"Hadapi kawan atau musuhmu itu dengan wajah 
yang menunjukkan kegembiraan, 
kerelaan penuh kesopanan dan ketenangan. 
Jangan menampakkan sikap angkuh dan sombong". (Imam Al Ghazali)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar