Bagian 12
Barang siapa kenal dirinya maka kenal ia Tuhannya,
Barang siapa kenal Tuhannya maka sesungguhnya, tiadalah dirinya.
,السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ , بــِـسْمِ اللهِ الرَّحْــمٰنِ الرَّحِــيْمِ
,الحــمدلله ألصــلاة والســلام على رسـول الله
و على آله وصـحبـه اجـمعيـن
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ , اَمَّا ب
Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam semesta, berfirman,
بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ
Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. (QS. Surat Al Ankabut Ayat : 49)
Subhaanallah, Ayuhal hadirin wal
hadirati Rahiimahkumullah. Dengan mendahulukan syukur yang dalam kehadirat Allah
SWT, Zat Yang Maha Pengampun,memasuki tahap pertengahan syaum (puasa) Ramadhan
ini, Dia membukakan pintu keampunan bagi makhluq Nya yang mengharapkan keampunan
Nya.”Apabila hamba Ku mendekat kepada Ku satu jengkal,Aku akan mendekat
kepadanya satu hasta,dan apabila ia mendekat kepada Ku satu hasta,Aku akan
mendekat kepadanya satu depa,dan apabila ia datang kepada Ku berjalan kaki,maka
Aku mendatanginya dengan segera”(Hadist Qudsi), sehingga sampai kepada saat
ini, umur kita masih berkhah di dalam Imani wal Islami, sehingga dengan kekuatan
dorongan Imani wal Islami tersebut kita mempunyai kemampuan menyisihkan waktu
untuk membaca dan memahami artikel yang penulis unggah dalam rangka meneruskan
kewajiban yaitu menambah ilmu pengetahuan agama Islam. Sembari kita iringkan sholawat
dan salam kepangkuan rohaniah junjungan kita pimpinan agung Nabi besar Muhammad
SAW, yang di utus oleh Allah ta’ala spesialis zulumati ilaa nur, untuk memandu
umat manusia supaya keluar dari lembah hina, hidup zulmah (gelap) tanpa aturan
illa nur menujuh arah cahaya yang terang benderang, diseluruh aspek kehidupan
zhohir dan batin, baik itu untuk kepentingan duniawi wal akhirati,di sana
diatur oleh Allah spesialis menurut kebutuhan manusia itu sendiri,kiranya mari
kita sama berharap agar senantiasa Allah ridho atas kerja baik yang kita
lakukan, sehingga syafa’at Rosulullah,tersebut melimpah dan menghunjam kelubuk jiwa kita bersama. Yang mulia tuan-tuan
guru Syekh, Kyai, dan Alim Ulama’ rahiimahkumullah, mohon kiranya, izin dan restunya untuk
membahas tentang Rukun Islam, ketiga yakni,” Syaum (puasa)” (di dalam hal
ini, keterkaitan Rukun Islam Pertama yakni, Syahadah sangatlah kuat sekali
hubungannya dengan Syaum/puasa), melihat kondisi kepada khususnya umat Islam dan jika terdapat kekeliruan dalam
penyampaian, mohon diluruskan dan restunya.
Tak lupa terima kasih kepada
para pembaca artikel ini, yang telah berkenan membaca, memperhatikan dan
memahami, dari awal unggahan artikel hingga saat ini,dan harapan penulis untuk
menanggapi artikel yang diungga kiranya kita menggunakan ilmu Dalil (bukti)
dari Al Qur‘an, ilmu Madlul (yang di buktikan) dari Al Qur’an dan Ayat Muktamat
( ayat yang terang artinya tidak memerlukan penafsiran) dan Muktasabihat (ayat
yang perlu penjelasan) dari Al Qur’an. Semoga Allah SWT, melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, Aamiin, kajian yang penulis unggah banyak
sekali ilmu Islam bagi siapa-siapa yang ingin memperoleh ilmu agama besar ini, Saudara/i sekalian yang dirahmati Allah SWT, disini penulis berharap sekali agar kiranya artikel yang lalu benar-benar difahami, di
ulang-ulang membacanya,karena unggahan ini berkaitan erat dengan unggahan yang
lalu, sekarang dan akan datang. Untuk melanjutkan
unggahan artikel pekan lalu
agar kiranya tidak terputus, penulis berusaha semaksimal mungkin
menggunakan bahasa yang mudah difahami dan berharap pembaca unggahan artikel ini, untuk tidak terburu-buru, tergesa-gesa, santai dan dalam keadaan tenang dan
dengan waktu luang sehingga karunia Allah SWT, berupa faham akan turun,
InsyaAllah .
Rasullullah bersabda ;
“Kam min shaa-iman laisa lahu min
dhiyaamihi illal juu’u wal ‘athsyu”.(Kebanyakan umatku Syaum/puasa tidak dapat
apa-apa/tidak ada nilai dari Syaum/puasanya), kecuali lapar dan dahaga”.
Dengan
iman kita bisa mengabdikan diri kepada Allah, dengan ilmu kita bisa menilai,
menghitung (menghisab), kita punya amal, apakah kita tergolong orang yang
tertuding oleh Nabi, apakah kita tergolong orang yang menikmati hidangan Nabi.
Hidangan yang di sediakan Nabi 3 (tiga ) kriteria yakni : 1 Rahmat.(1 sampai 10) 2. Magfirrah (11 sampai
20 ). 3. Itkuminannar (21 sampai . . . . ) Ramadhan,bulan Ramadhan awalnya
rahmah. Siapakah orang yang mencicipi hidangan itu
dan apa tanda-tanda telah mencicipi rahmat tersebut ? Kalau agamanya tidak
tepat sesuai anjuran Allah dan Rasul lantas mau surga, itu bagaikan pungguk
merindukan bulan. Tanda orang yang mendapatkan rahmat itu ada keterbukaan
hijab (dinding) yang menghalangi antara hamba dengan Kholiknya. Hijab itu adalah
hawa dan nafsu. Orang yang mencicipi rahmat di bukakan Allah hijab tersebut,
kadang kala terbuka langsung dengan satu kenyataan yang jelas seperti
dinyatakan di QS. Az zumar ayat : 22.
أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِنْ رَبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya sama dengan orang yang membatu hatinya? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata” ( QS. Az Zumar Ayat : 22 ).
Terasa
dekat dengan Tuhannya, ringan ia mengerjakan perintah dan ringan ia
meninggalkan larangan Nya. Cara syaum (puasa)/penahan dan di modali dengan Iman
ilmul yakin.- Iman Ainul yakin- Iman Haqqul yakin dan Iman Kamullul yakin. Iman
itu tentunya kepada, Af’al, Asma’, Sifat dan Zat Nya. Kebergantungan syahadah
kita sendiri, sehingga orang yang senantiasa syahadah di kala berdiri, duduk
dan berbaring di atas lambungnya, baik itu kepada Af’al, Asma’, Sifat dan Zat
Nya,menurut perolehan masing-masing amalnya, hal seperti itu dinyatakan Abdi,
jauh tinggi rendah kadar keabdiannya, disaat kita syaum (puasa) Ramadhan
hendaknya kita senantiasa, kita duduk di Tauhidul Af’ali, Tauhidul Asma’ Tauhidul
Sifat dan Tauhidul Zat. Jadi senantiasa kita mentauhidkan Allah, hal ini di
katakan “Suhudi kasrah fil wahdah, Suhudi wahdah fil kasrah” (Saksikan yang
banyak tetap ingat di dalam yang Esa, dan Saksikan yang Esa tetap di dalam yang
banyak). Sehingga kapanpun kita melihat ciptaan Nya, kita dapat menyaksikan wajah Allah kenyataan dari pada
ketetapannya itu.
Dengan modal itulah kita, Syaum (puasa)/menahan jiwa fasiq tidak masuk makanan dan minuman kedalam Jirim ataupun Jisim (tubuh luar dan tubuh dalam), tetap kita mentauhidkan Allah yang di katakan Tauhidul Af’al, mengesakan perbuatan Allah, di seluruh gerak dan diam, jika kita bisa mengesakan Allah, maka Jirim ataupun Jisim (tubuh luar dan tubuh dalam), kita akan terikat hubungan kepada Allah, diseluru aspek kehidupan gerak dan diam, otomatis disitulah mendatangakan jiwa tawakal. Syaum(puasa)/menahan jiwa munafiq tak keluar dari qolb (hati), tetap kita mentauhidkan Allah yang di katakan tauhidul Asma’, mengesakan nama Allah, di seluruh aspek kehidupan, berdiri, duduk, berbaring di atas lambung tetap mentauhidkan Allah, disinilah keterbukaan hijab itu, yang dikatakan dalam surat Az-Zumar : 22. Jika Abdi Allah ini, karena ini akan mendatangkan jiwa ikhlas. Syaum (puasa)/menahan jiwa musyrik, tak keluar dari otak tetap kita mentauhidkan Sifat, yang di katakan Tauhidul Sifat,mengesakan sifat Allah,maka otak terikat hubungannya kepada Allah, terlepas pada urusan dunia, otomatis disitulah muncul jiwa ridho. Syaum (puasa) / menahan jiwa kafir/kafir jali (kufur ni’mat) tak keluar dari ruh , tetap kita mentauhidkan Allah yang di katakan Tauhidul Zat , mengesakan wujud kongret Allah SWT, di seluruh aspek kehidupan siang dan malam,duduk dan berdiri, gerak dan diam dan di mana saja berada,jika kita mampu mengesakan Allah,tetap dalam syahadah, otomatis hadirlah jiwa ikhsan. Tawaqal tidak dapat di paksa, Ikhlas tidak dapat dipaksa, Ridho tidak dapat di paksa dan Ikhsan tidak paksa di paksa. Disinilah keterbukaan hijab itu yang dikatakan dalam QS. Surat Az-Zumar Ayat ; 22. Orang yang dapat rahmat, iman itu menerobos kedalam hati, ada sebentuk (seberkas) fakta yang bisa menjadikan pegangan, apa itu, yakni, nur Ilaahi dia sebagai nuktoh (tinta alat penulis) di guriskan oleh Allah sebagai mana Dia katakan di Surat Mujaadilah Ayat: 22
Dengan modal itulah kita, Syaum (puasa)/menahan jiwa fasiq tidak masuk makanan dan minuman kedalam Jirim ataupun Jisim (tubuh luar dan tubuh dalam), tetap kita mentauhidkan Allah yang di katakan Tauhidul Af’al, mengesakan perbuatan Allah, di seluruh gerak dan diam, jika kita bisa mengesakan Allah, maka Jirim ataupun Jisim (tubuh luar dan tubuh dalam), kita akan terikat hubungan kepada Allah, diseluru aspek kehidupan gerak dan diam, otomatis disitulah mendatangakan jiwa tawakal. Syaum(puasa)/menahan jiwa munafiq tak keluar dari qolb (hati), tetap kita mentauhidkan Allah yang di katakan tauhidul Asma’, mengesakan nama Allah, di seluruh aspek kehidupan, berdiri, duduk, berbaring di atas lambung tetap mentauhidkan Allah, disinilah keterbukaan hijab itu, yang dikatakan dalam surat Az-Zumar : 22. Jika Abdi Allah ini, karena ini akan mendatangkan jiwa ikhlas. Syaum (puasa)/menahan jiwa musyrik, tak keluar dari otak tetap kita mentauhidkan Sifat, yang di katakan Tauhidul Sifat,mengesakan sifat Allah,maka otak terikat hubungannya kepada Allah, terlepas pada urusan dunia, otomatis disitulah muncul jiwa ridho. Syaum (puasa) / menahan jiwa kafir/kafir jali (kufur ni’mat) tak keluar dari ruh , tetap kita mentauhidkan Allah yang di katakan Tauhidul Zat , mengesakan wujud kongret Allah SWT, di seluruh aspek kehidupan siang dan malam,duduk dan berdiri, gerak dan diam dan di mana saja berada,jika kita mampu mengesakan Allah,tetap dalam syahadah, otomatis hadirlah jiwa ikhsan. Tawaqal tidak dapat di paksa, Ikhlas tidak dapat dipaksa, Ridho tidak dapat di paksa dan Ikhsan tidak paksa di paksa. Disinilah keterbukaan hijab itu yang dikatakan dalam QS. Surat Az-Zumar Ayat ; 22. Orang yang dapat rahmat, iman itu menerobos kedalam hati, ada sebentuk (seberkas) fakta yang bisa menjadikan pegangan, apa itu, yakni, nur Ilaahi dia sebagai nuktoh (tinta alat penulis) di guriskan oleh Allah sebagai mana Dia katakan di Surat Mujaadilah Ayat: 22
أُولَٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ
“Meraka itu (kata Allah) Kami stempelkan (Kami tuliskan) dalam Qalbunya Iman dan Kami berikan disana kekuatan ruh dari Tuhannya”. (QS. Al Mujaadilah Ayat : 22).
Kekuatan ruh adalah sifat-sifat Zat, sifat Zat itu memancar dalam qalbu (Hati) Asma’ berupa nur (berkata Dia, اللَّهُ . . اللَّهُ . . اللَّهُ . .) nur Asma’ ini terpancar menjadi perbuatan (Af’al), perbuatan itu adalah nur, nur itu Sifat, Sifat itu berdiri pada Zat. Maka apabila syaum
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang yang mulia di sisi Allah adalah yang taqwa di antara kamu,Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.(QS. Al Hujuurat Ayat : 13).
Yang bisa taqwa itu
hanyalah Abdi, syarat menjadi Abdi
adalah, Ikhsan, Ridho, Ikhlas, Tawaqal. Ciri-ciri dan tanda-tanda orang yang
bertaqwa sebagai berikut : 1 Zikir Allah (nurul
fi qalbi) cahaya di hatinya hidup, cahaya fi qalbi akan memancar fisudur di dalam
dada, di dalam dada itu ada qalbi, ini
dinyatakan hati rohani itu berkembanglah disana, berhenti di situ
pancarannya membias kemakam-makam yang lain, inilah yang namanya qulu jasad
meliputi seluruh tubuh, jika memancar keseluruh tubuh di situ akan terjadilah
apa yang Allah katakana dalam QS. Al Mujaadilah : 11
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah akan mengangkat di antara orang-orang berilmu pada sisi Nya beberapa derajat”. (QS. Al-Mujaadilah Ayat : 11 ).
Awalan Thoriqati junun (awalan Tareqat gila), Wawasatuha maqrifat
(pertengahannya pengenalan), Waakhiruhu Kun Fayakun (akhirannya jadi, maka
jadilah) 2 Zikir Hu . . . ,(hilang zikir Allah nya), nafas masuk Hu . . , nafas
keluar اللَّهُ . . . Ini kode eteknya orang
bertaqwa, jadi tidak bisa di akal-akali. Benarkah ajaran Islam itu
kesimpulannya 4 (empat kharekteristik) ? Yakni,Tawaqal,Ikhlas,Ridho,dan
Ikhsan. Mana makam Ikhlas ?. . . . .
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ. فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ
“Dan adapun orang yang takut di hadapan makam kebesaran Tuhannya maka tertahan nafsu dari hawanya, Surga tempat kembali.” (QS. An Naziat Ayat: 40-41 ).
Jadi tanda orang yang mendapatkan rahmat Allah, inilah
Qur’an Surat An-Naziat : 40-41.Kemenangan itu
ada 3 (tiga) : 1. Menang nasib.2.Menang keturunan.3.Menang usaha.Lailatul Qadar itu siapa yang turun,yang
turun itu adalah malaikat dan ruh,ruh itu siapa yakni,wali-wali Allah
masing-masing mereka itu membawah perintah di bagi-bagikan kepada orang yang
mendapatkan “Lailatul Qodar” (orang yang tahu tentang batin), tentang masalah
ghoib karena “Lailatul Qodar” itu ghoib bukan nyata. InsyaAllah hanya ahli
Hakekat (orang-orang yang Mujahadah, Musyahadah dan Mukasyafah) saja yang akan menemukan
“Lailatul Qodar” karena yang turun yakni
“Malaikat dan Ruh”, yang dapat memandang qalbu (hati Fu’ad), "Maa kazabal-fu’aadu
maa ro’aa (tidak mendustakan apa yang di lihat Fu’ad Muhammad) Fu,ad itu mata
hati, jadi itu adalah urusan batin. Qodar yakni ketentuan, ketentuan itu
jatuhnya kedalam batin bukan ke zhohir, tanda-tanda orang mendapatkan “Lailatul
Qodar” yakni, keqaromahan.
Ramadhan yakni, pembakaran, apa yang di bakar, Jiwa kufur ni’mat, Jiwa musyrik, Jiwa munafiq, Jiwa fasiq, hangus itu semua, timbullah Jiwa Ikhsan, Jiwa Ridho, Jiwa Ikhlas dan Jiwa Tawaqal. Sobar itu usaha, usaha menundukkan hati di bawah taqdir, sobar itu pahit, di maki orang tidak boleh membalas, terpaksa tundukkan hatimu di bawah taqdir Allah SWT, maka di katakan “Assobru miftahu jannah” (sabar itu anak kunci surga) itu kunci keberhasilan. Bagaimana kata fitri itu bisa menjadi hak kita kembali, fitri ada 4 (empat tempat)1. Takyunun yang awal,2.Takyunun yang tsaniah,3.Takyunun yang tsulasi 4.Takyunun Ruba’i (Yang sudah dibahasa pekan lalu).Ketentuan wajib Sar’i dan Ketentuan wajib Aqli,1.Wajib Sar’i yakni perintah di kerjakan, berpahala di tinggal berdosa.2.Wajib Aqli yakni suatu perintah di kerjakan beriman, di tinggal kafir/kafir jali (kufur ni’mat).
Ramadhan yakni, pembakaran, apa yang di bakar, Jiwa kufur ni’mat, Jiwa musyrik, Jiwa munafiq, Jiwa fasiq, hangus itu semua, timbullah Jiwa Ikhsan, Jiwa Ridho, Jiwa Ikhlas dan Jiwa Tawaqal. Sobar itu usaha, usaha menundukkan hati di bawah taqdir, sobar itu pahit, di maki orang tidak boleh membalas, terpaksa tundukkan hatimu di bawah taqdir Allah SWT, maka di katakan “Assobru miftahu jannah” (sabar itu anak kunci surga) itu kunci keberhasilan. Bagaimana kata fitri itu bisa menjadi hak kita kembali, fitri ada 4 (empat tempat)1. Takyunun yang awal,2.Takyunun yang tsaniah,3.Takyunun yang tsulasi 4.Takyunun Ruba’i (Yang sudah dibahasa pekan lalu).Ketentuan wajib Sar’i dan Ketentuan wajib Aqli,1.Wajib Sar’i yakni perintah di kerjakan, berpahala di tinggal berdosa.2.Wajib Aqli yakni suatu perintah di kerjakan beriman, di tinggal kafir/kafir jali (kufur ni’mat).
Demikianlah wejangan ini,“Bukanlah orang kuat itu,yang
kuat bergulat,akan tetapi orang kuat itu adalah orang yang mengendalikan Hawa
dan Nafsu (Al Amarah dan Al Lauwamah)(Bagian 2).”Mohon ampun kepada Allah
SWT,mohon ma’af, bila terdapat kesalahan dan sedikitpun tidak ada maksud
tertentu,hanya semata-mata menyampaikan haq Allah SWT, agar kita dihadapan Al
Haq, tidak saling tuding menuding satu di antara kita, atas ma’af yg diberikan, saya ucapkan tarima kasih,
semoga bermanfa’at, hanya kepunyaan Allah lah segala puji-pujian teragung.
InsyaAllah, kita lanjutkan artikel berikut tentang Rukun Islam kedua yakni “Syaum(puasa)” di karenakan saling terkait,
kiranya penulis berharap agar
unggahan-unggahan artikel sebelumnya dan sekarang difahami betul-betul,
supaya sebagai bahan acuan untuk melengkapi unggahan-unggahan artikel yang akan
datang sehingga tidak kehilangan arah dan tujuan.
إِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلا, وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim.
Yaa .. Allah, hilangkanlah
rasa ujub dalam diri kami sehingga kami tidak pernah terlepas dari tali Aqidah
yang sangat kokoh, Aamiin . . yaa Robbal Aalamiin,
Billahi taufiq wal hidayah.
Kata-Kata Arifbillah
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Kata-Kata Arifbillah
"Cinta merupakan sumber
kebahagiaan
dan cinta terhadap Allah harus dipelihara dan dipupuk,
suburkan
dengan shalat serta ibadah yang lainnya". (Imam Al Ghazali)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar