Kamis, 27 Juli 2017

Jalan yang sungguh melelahhkan,penuh onak dan duri, jurang di kanan kiri,tebaran kerikil tajam lagi mendaki hanya demi ridho Ilaahi

                                                                Bagian 5


Adalah Aku satu perbendaharaan yang tersembunyi, 
Maka inginlah Aku supaya di ketahui siapa Aku.
Maka Aku jadikanlah makhluq Ku, 
Maka dengan Allah mereka mengenal Aku

,السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ , بــِـسْمِ اللهِ الرَّحْــمٰنِ الرَّحِــيْمِ 
,الحــمدلله ألصــلاة والســلام على رسـول الله
و على آله وصـحبـه اجـمعيـن 
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ , اَمَّا ب

Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam semesta, berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, sukalah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih ?
Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasul Nya dan berjiad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. 
(QS. Ash shaff Ayat : 10-11)

Subhaanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar, Zat wajibal wujud yang bersifat tidak seumpama dengan sesuatu apapun, tidak ada yang sebanding dengan Dia, Dia yang awal Dia yang akhir, Dia yang zhohir Dia yang batin dan Dia yang hidup kekal selama-lamanya. Sholawat beriringkan salam atas panutan kita, baginda Rosulullah Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat-sahabatnya. Mudah-mudahan syafa’at beliau melimpah dan menghunjam kelubuk hati sanubari kita yang paling dalam seraya dangan syafa’at tersebut kita selamat dari belenggu sifat kemusyrikan sehingga kita mampu menyikapi keadaan yang menggelisakan. Yang mulia tuan-tuan guru Syekh, Kyai, dan Alim Ulama’ rahiimahkumullah, Mohon, izin dan restunya untuk memperkenalkan ilmu "Mujahadah, Musyahadah dan Mukasyafah" untuk di sampaikan ke publik, mengingat kondisi saat ini, khususnya kepada umat Islam dan jika terdapat ke keliruan dalam penyampaian, mohon di luruskan.

Rasa syukur yang mendalam, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ikhwan wal Akhwat yang telah berkenan membaca, memperhatikan dan memahami, dari awal unggahan artikel ini, Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan karuniaNya, Aamiin. Ikhwan wal Akhwat sekalian  yang di rahmati Allah, penulis mengupayakan semaksimal mungkin menyampaikan dengan bahasa yang mudah di fahami dengan berharap kiranya pembaca unggahan artikel ini, untuk tidak terburu-buru, tergesa-gesa, dengan tidak membacanya sepenggal-sepenggal, santai dengan perasaan yang lembut dan sejuk sehingga karunia Allah,berupa hidayah akan turun, insyaAllah. Pekan lalu kita menyinggung masalah Ilmu "Syari’at" yang telah di jelaskan tujuannya yakni mengurusi dan mengatur permasalahan di luar diri yang tampak dan yang nyata (zhohiriah) yang berada di alam dunia. 

Sebelum kita lanjutkan ada baiknya kita hubungkan unggahan artikel ini tentang “Ketika Melihat Asap Seketika Itu Pula Terbakar Api’ (silakan kunjungi di Blog ini), Dengan sifat ke ingin tahuannya, esoknya si Amir pergi ke bukit tersebut  dengan mendayung sepeda dan sampai di depan sambil berdiri tepat di depan bukit tersebut, mengamati dan memperhatikan ternyata dengan keyakinannya bahwa di balik bukit tersebut terdapat kepulan-kepulan asap, benar apa yang di katakan temannya. Hal ini di sebut dengan“Tingkatan Iman Ainul Yaqin”, si Amir dalam posisi seperti ini ketika ia beramal dan beribadah, si Amir sudah mampu  menyaksikan jelas tanpa “sya’ dan waham” (tentunya dengan memandang dari mata batin melalui mata zhohir), siapa yang member perintah dan yang memberikan larangan. Untuk pembahasan selanjutnya, kiranya kita membutuhkan konsentrasi lebih, dan disini pula nantinya penulis hanya menyampaikan ilmu pengetahuan ini, agar kiranya kita dapat mempertanggung jawabkan atas amal yang telah kita kerjakan, dan untuk pengamalannya berpulanglah kepada masing-masing kita.

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

Jangan kamu turutkan amal yang kamu tidak mengerti  ilmunya, Sesungguhnya nanti, telinga kamu, mata kamu, hati kamu semua masing-masing akan di tanyai pertanggung jawabannya, kamu perturutkan amal padahal kamu tidak mengerti  apa yang kamu amalkan. (QS. Al Isra’ Ayat: 36)

Keterangan ayat ini jelas dan terang maksud dan tujuannya bahkan Rasulullah Muhammad SAW, menegaskan bahwa “Beramal tanpa di sertai dengan ilmu di tolak amalnya”. Ikhwan wal Akhwat sekalian yang dirahmati Allah, untuk membahas tentang ilmu ini, penulis batasi, ada yang harus di sampaikan ke publik ada yang tidak dapat di sampaikan, penulis menyampaikan hanya yang pokok-pokonya saja, di khawatirkan overload (overdosis) di karena ilmu Allah, yang tak terhingga luasnya, 

قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا

Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (QS. Al Kahfi Ayat; 109).

Iblis laknatullah tidak gentar sedikitpun dengan senjata rudal balistic dan rudal scott dan sekalipun itu senjata nuklir, bahkan ia bertumpang dagu sambil tersenyum simpul, akan tetapi ia akan ketakutan tunggang langgang dan bahkan hancur berantakan bila di hunjamkan dengan kalimah "Zikrullah" ke tempat kemp-kemp mereka bersarang. Dan dalam menghunjamkan "Zikrullah" ke kemp-kemp iblis tersebut dengan tidak melisankan "Kalimahtul Haq", hanya dengan hati batiniah, Allah memberikan jalan keluar bagi makhluk Nya (manusia) yang ingin membersihkan diri menjadi Abdi (hamba) Allah SWT.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al Maaidah Ayat : 35)

Kita di perintahkan Allah, mencari jalan untuk mendekatkan diri pada Nya dan harus berjuang dengan sungguh-sungguh sehingga kita dapat hasil, sampai filsafah yang kita pakai sekarang adalah "Berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu senang kemudian", filsafah ini madlul (yang dibuktikan) dengan dalil (bukti yang di terangakan). Berikut inilah jalan yang Allah, maksud tersebut,

وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا

Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (tarekat), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).
(QS. Al Jin Ayat : 16)

(Gambar tamsilan)
Inilah "Alam Jisim" (manusia sedikit sekali menjelajahinya) yang di maksud dengan “Jalan yang sungguh melelahhkan, penuh onak dan duri, jurang di kanan kiri, tebaran kerikil tajam lagi mendaki ,hanya demi ridho Ilaahi”. Demikianlah Islam, agama yang sangat mudah akan tetapi tidak semudah membalikan telapak tangan dan tidak sembarangan mengamalkan amalan "Tarekat" tentulah mempelajari ilmu sampai faham, dengan beragam ilmu agama Islam dan khususnya "Ilmu Tasawwuf", dengan niat yang lurus ”Ilaahi Anta Ma'sudi Wa Riidhoka Madlubi” (Engkau yang aku maksud dan ridho Mu pula yang aku tuntut), salah mengamalkan ilmu ini, resiko terbesar adalah penyimpangan yang teramat jauh, jadi perlunya seorang "Mursyid" (pembimbing) tarekat di dalam amalan ini sehingga si "Salik" tidak kehilangan arah dan tujuan dan sebelum melakukan "Amalan Tarekat"si "Salik" harus di "Bai’at" terlebih dahulu oleh seorang "Mursyid" (pembimbing) "Tarekat" tersebut dan biasanya di sarankan untuk bersuluk beberapa hari. Tentunya seorang "Mursyid" (pembimbing) Tarekat ahlih dalam bidang agama Islam dan khususnya "Ilmu Tarekat".

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ ۚ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka, Maka bertanyalah kepada ahli zikir, jika kamu tidak mengetahui. 
(QS. An Nahal Ayat : 43)

Dengan jihad yang sungguh- sungguh, seorang Salik yang mengamalkan dengan penuh rintangan dengan menghunzamkan Zikrullah ke Latifatul qalb (hati) rohani yang berada di dalam jantung jasmani dua jari di bawah susu kiri kita, maka InsyaAllah, dan dengan kehendak Nya tanpa rekayasa manusia, waktu yang tidak dapat di tentukan, tersingkaplah hijab (tabir) yang selama ini mendindingi qalb (hati) manusia dengan Tuhannya, di qalb (hati) ini posisisi letaknya sifat “Iradat" (Kehendak), Sifat Iradat yang ada pada Allah kenyataan, sama dengan "Muridun" (Yang Maha Berkehendak), mustahil Allah bersifat "Benci"(Karihun). Yang ada pada  manusia kenyataan, sama dengan "Benci" (Karihun), mustahil manusia bersifat "Muridun" (Yang Maha Berkendak). Untuk mendekatkan pemahaman, jika saudara kecelakaan lalu lintas jatuh dari sepeda motor yang di kendarai, saudara meraba tulang paha anda ternyata patah, di saat jatuh sampai patah tulang itu, kita tercengang tidak merasakan sakit yang luar biasa, di situlah rasa ke insanan kita lenyap (tiada), begitu juga dengan ini, kita tidak tahu kapan dan tersingkapnya hijab (tabir) itu sehingga hidup Zikir Qalbi (hati) nya. Sehingga tahu siapa yang menyembah dan siapa yang di sembah maka terjadilah "Nurin ala Nurin" (Cahaya atas Cahaya), Nur yang ada di dalam qalbi si Salik memancar gemerlapan berdampakan dengan "Nurullah" (Cahaya Allah) terang dan terbacalah dirinya dengan kalimah "Alif, Lam, Lam, Ha" (Kalimah Lafzul Zalala), terpandang "Laa Mauzudun Illallah" (tidak ada yang ada kecuali Allah). Sehingga Zikir Qalb (hati) nya hidup, " اللَّهُ . . اللَّهُ . .  اللَّهُ . . " ia nafi, fana, laa (tiada) dirinya  di dalam "Isbat" (tetap) Nya Allah, (tenggelam dalam samudera ketauhidan)

Rasulullah bersabda ”Perumpamaan orang yang berzikir kepada Robbnya dan yang tidak, seumpama orang  hidup dan orang mati” (Hadist Bukhari dan Muslim).

Bila cahaya dari Allah adalah cahaya bagi semua langit dan bumi . . . “Mulai menyinari ruang hati si Salik, lampu hati si Salik akan menyala, lampu hati itu “berada di dalam kaca, kaca itu sifatnya seumpama bintang berkilau-kilauan terang benderang . . “ kemudian pada hati itu anak panah penemuan-penemuan suci akan hinggap anak panah kilat akan mengeluarkan dari pada awan petir maksud “bukan dari timur atau barat, di nyalakan dari pohon zaitun yang di berkati . . “ dan memancarkan cahaya ke atas pokok penemuan sangat murni, ia “memancarkan cahaya walaupun tidak di sentuh api” kemudian lampu makrifat akan menyala sendiri. Mana mungkin ia tidak menyala sedangkan cahaya rahasia Allah menyinarinya ? Semua ini akan bermula bila cermin hati kita di persucikan, karena Allah, telah “Memasukkannya bibit kejahatan dan ketaqwaan” (QS. Asy Syams Ayat: 8).

Di dalam Qalbi (hati) setiap orang tanpa kecuali. Cahaya rahasia-rahasia Ilaahi akan memancar padanya jika kita berhajat dan bermohon kepada Nya. Maka qalb (hati) yang di penuhi najis batiniah yakni, "hasad (iri) hati, haqad (dengki) atau benci, suuz-zan (sangka buruk), kibir (sombong), ujub (meresa sempurna diri dari orang) lain, riya’ (mempamerkan kelebiahan), suma’ (cari-cari nama atau kemasyhuran), bukhul (kikir), hubbul mal (kebendaan), tafahur( membangga kandiri), ghadab (pemarah), ghibah (pengupat), namimah (bicara dibelakang orang), kizib (dusta), khianat (munafiq), hal-hal yang demikian akan beralih dengan rasa "Ikhlas" bertuhan kepada Allah, dan kedudukan "Sifat Tabliq" (menyampaikan) akan membias dari qalb (hati) nya". Di masa peralihan ke "Nafsu Mahmudah" (nafsu terpuji) ini, banyak ragam yang di tunjukan Allah, "Ilmu Tarekat" inilah yang sudah hampir punah bak di telan bumi bagaikan mutiara yang hilang, tidak lagi di perbincangkan di masjid-masjid atau di surau-surau bahkan menjadi fitnah di kalangan umah sehingga menjadi amalan yang aneh dan kadaluarsa. 

Rasulullah merespon melalui  haditsnya “Sesungguhnya bermula datangnya Islam di anggap asing (aneh) dan akan datang kembali asing.Namun berbahagialah orang-orang asing itu.Para sahabat bertanya kepada Rosulullah SAW,”Ya Rosulullah,apa yang dimaksud orang asing (aneh) itu? Lalu Rosulullah menjawab, “Orang yang melakukan kebaikan-kebaikan di saat orang-orang melakukan pengrusakan.” (HR. Muslim). 

Penulis berharap melalui Media Sosial ini, agar kita tidak terburu-buru mengklem amalan ini salah atau bid’ah, beberapa orang menanyakan tentang Amalan Tarekat, "Apakah amalan ini sudah ada dan memang di lakukan Rasulullah Muhammad SAW atau para Nabi sebelumnya? , di zaman Rasulullah SAW, memang nama Tarekat belum ada, tapi perlu di ingat bahwa bukankah sebelum menerima wahyu pertama sekali, beliau "Berkhalwat" (bersunyi-sunyi,bersepi-sepi dan mengasingkan diri dari masyarakat ramai) di Gua Hira’ beberapa malam pada pagi hari ia turun lantas melanjutkan ke beberapa malam berikutnya dengan di bekali makanan oleh istrinya (Khodijah), dan amalan yang beliau kerjakan di Gua Hira’ adalah "Bertafakur"(merenung) dan akhirnya terbaca dirinya, karena beliau sebelumnya sudah menerima kabar kalimah “ لَا إِلَهَ إِلَّا الله , محمد ر سو ل الله  ” (Tidak ada Tuhan selain Allah).

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilaah (sesembahan,Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. 
(QS. Muhammad Ayat: 19)

Guru pertama umat Islam adalah Rasulullah Muhammad SAW, Syekh (guru) atau Kyai kita menerimanya dari Ulama’-Ulama’, Ulama’-Ulama’ menerima dari Tabiin-Tabiin, Tabiin-Tabiin menerima dari Tabiin, Tabiin menerima dari Sahabat Rasul, Sahabat Rasul menerima dari Rasulullah Muhammad SAW, Rasulullah Muhammad SAW menerima dari Jibril as dan Jibril as menerima dari Allah SWT. Dan amalan "Khalwat" juga di amalkan oleh Nabi Musa AS selama 40 malam, ketika ia ingin berjumpa Tuhannya di "Bukit Thuursina", tempat terkenal di daerah ini adalah "Jabal Musa". Adalah nama sebuah puncak gunung tertinggi, dari sederetan gugusan pegunungan yang ada di semenanjung Sinai, Mesir. Jangan khawatir Ikhwan wal Akhwat, mereka yang mengamalkan "Tarekat" itu memanglah begitu masih dalam proses, pada akhir puncaknya mereka akan melebur ketengah-tengah masyarakat sama seperti kita, dengan pakaian yang sama bahasa yang sopan santun, ramah tamah dan tegas, makanan yang sama dan bermu’malah juga dengan kita, arti kata kembali ke "Syari’at Allah", namun yang dapat membedahkan mereka dengan kita adalah "Ketaqwaan" nya disisi Allah SWT. 

...إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.  (QS. Al Hujuurat Ayat: 13)

Dalam hadist Qudsi, Rosulullah bersabda “Syari’at itu perkataanku, Tarekat itu perbuatanku dan Hakekat itu ialah kelakuanku”. Inilah yang dimaksud dengan "Mujahadah" (berjuang) sehingga memperoleh hasil, yang disebut "Musyahadah" (berpandang-pandangan) untuk catatan sebaiknya dalam mengamalkan amalan "Tarekat" ini yang sudah berkeluarga dan itulah bentuk amalan “Tarekat” yang bertujuan sampai kepada membersihkan "Qabl" (hati), sehingga akan mampu "Bermusyahadah" (berpandang-pandangan) kepada Allah SWT.
وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُضِلٍّ ۗ أَلَيْسَ اللَّهُ بِعَزِيزٍ ذِي انْتِقَامٍ

Dan Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa lagi mempunyai kekuasaan untuk mengazab? (QS. Az Zumar Ayat : 37)

Demikianlah wejangan ini, ma’na di balik kalimat “Jalan yang sungguh melelahhkan,penuh onak dan duri, jurang di kanan kiri,tebaran kerikil tajam lagi mendaki hanya demi ridho Ilaahi”. Mohon ampun kepada Allahmohon ma'af, jika terdapat kesalahan dan sedikit pun tidak ada maksud tertentu, hanya semata-mata menyampaikan haq Allah, agar di hadapan Al Haq, tidak saling tuding menuding satu di antara kita, atas ma'af yang di berikan, penulis ucapkan terimakasih, semoga bermanfa'at, hanya kepunyaan Allah lah segala puji-pujian teragung.InsyaAllah, kita lanjutkan pembahasan pekan depan tentang Musyahadah, Mukasyafah, di karenakan saling terkait, kiranya  penulis berharap agar unggahan-unggahan artikel sebelumnya di fahami benar-benar, agar supaya sebagai bahan acuan untuk melengkapi unggahan-unggahan artikel sekarang dan akan datang sehingga tidak kehilangan arah dan tujuan ,

إِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلا, وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم

Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim.Yaa .. Allah, hilangkanlah rasa ujub dalam diri kami sehingga kami tidak pernah terlepas dari tali Aqidah yang sangat kokoh,  Aamiin . . yaa Robbal 'Aalamiin, 
Billahi taufiq wal hidayah.  
                   
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 




Kata-Kata Arifbillah,

"Siapa yang menempuh kebenaran dengan cahaya Iman, 
maka ia seperti pencari matahari". (Al Halajj)              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar