Bagian 18
Barang siapa kenal dirinya maka kenal ia Tuhannya,
Barang siapa kenal Tuhannya maka sesungguhnya, tiadalah dirinya.
,الحــمدلله ألصــلاة والســلام على رسـول الله
و على آله وصـحبـه اجـمعيـن
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ , اَمَّا ب
Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam semesta, berfirman,
فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ رَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
(QS, Al Anfaal Ayat : 17)
Sembari kita
iringkan sholawat beserta salam kepangkuan rohaniah junjungan kita pimpinan
agung Nabi besar Muhammad SAW, yang di utus oleh Allah ta’ala spesialis
zulumati Ilaa nur, untuk memandu umat manusia supaya keluar dari lembah hina,
hidup zulmah (gelap) tanpa aturan illa nur menujuh arah cahaya yang terang
benderang, di seluruh aspek kehidupan zhohir dan batin, baik itu untuk
kepentingan duniawi wal akhirati, di sana di atur oleh Allah spesialis menurut
kebutuhan manusia itu sendiri, kiranya mari kita sama berharap agar senantiasa
Allah ridho atas kerja baik yang kita lakukan, sehingga syafa’at Rasulullah,
tersebut melimpah dan menghunjam kelubuk jiwa kita bersama. Yang mulia
tuan-tuan guru Syekh, Kyai, dan Alim Ulama’ rahiimahkumullah, mohon, izin dan
restunya untuk membahas tentang Rukun Islam, kelima yakni,”Hajji dan Umroh” (dalam
pengkajian nantinya kita hanya membahas tentang, Makna Yang Tersirat Di
Balik Amal dan Ibadah “Lontar Jumrah” rukun Islam pertama “Syahadah” sangat
berpotensi kuat sekali dalam hal ini, melihat kondisi kepada khususnya
umat Islam dan jika terdapat ke keliruan dalam penyampaian, mohon di
luruskan.
Dengan rasa syukur yang mendalam penulis berterima kasih kepada Yang mulia tuan-tuan guru Syekh, Kyai, dan Alim Ulama’ serta Ikhwan wal Akhwat rahimahkumullah, yang telah berkenan memberikan sugesti, ide-ide, saran dan masukannya , Alhamdulillah, dari postingan yang telah terungga di Media sosial (Facebook) dapat di tampilkan di dalam satu Blog. Dan harapan penulis untuk menanggapi artikel yang diungga kiranya kita menggunakan ilmu dalil (bukti) dari Al Qur‘an, ilmu madlul (yang di buktikan) dari Al Qur’an dan Ayat Muktamat (ayat yang terang artinya tidak memerlukan penafsiran) dan ayat muktasabihat (ayat yang perlu penjelasan) dari Al Qur’an Alhamdulillah, InsyaAllah, dari awal hingga saat ini kita megupas terus masalah pokok-pokok agama besar ini (agama Islam) yakni, "Rukun Islam, Rukun Iman dan Rukun Ikhsan" yang saling keterkaitan satu dengan yang lainnya, khususnya kepada Rukun Islam Pertama “Syahadah”sebagai pondasi kekuatan yang sangat dahsyat yang tidak boleh terlepas dari amalan-amalan lainnya, itu yang di sebut “Tauhid” ataupun “Aqidah” tetap pertahankan walaupun kita harus menggigit sekuat-sekuatnya dengan gigitan gigi graham sekalipun apa yang akan terjadi, sekalipun itu nyawa taruhannya, demi mentauhidkan Allah, hingga ke alam akhirat yang kekal dan abadi.
Ikhwan wal Akhwat sekalian yang di berkhahi Allah SWT,Tuhannya manusia dan Tuhannya alam semesta ini, sebelum kita meneruskan pembahasan yang di maksud penulis meminta meluangkan waktu sejenak berdo’a untuk khususan Ikhwanul Mu’minin wal Mu’minat di Palistina (Gaza), dan terkhusus smoga Allah SWT, menetapkan Sifat Qudrat dan Iradat Nya kedalam Jirim dan Jisim Mujahid-Mujahid Islam untuk menghadapi musuh-musuh Allah dan Rasul Nya, dengan membaca Al Fateha . . . muda-mudahan dengan kalimah-kalimah Haq yang kita mohonkan, akan menjadi kekuatan zhohir wal batin bagi Ikhwanul Mu’minin wal Mu’minat dan Mujihidin-Mujahidin yang berada di Palestina (Gaza) maupun di Masjidil Al Aqso, Aamiin . . yaa Robbal ‘Aalamiin. Prinsif yang harus benar-benar kita pengangi adalah Firman Allah SWT, berikut.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Jangan
kamu turutkan amal yang kamu tidak mengerti ilmunya, Sesungguhnya nanti,
telinga kamu, mata kamu, hati kamu semua masing-masing akan di tanyai
pertanggung jawabannya, kamu perturutkan amal padahal kamu tidak mengerti apa
yang kamu amalkan. (QS. Al Isra’ Ayat : 36).
Alhamdulillah
pekan lalu kita teleh menelusuri, amal dan ibadah seorang Abdi Allah,
mengamalkan perintah dengan amalan yang tersirat di balik amal dan ibadah Sa’i
dengan menggunakan ilmu syari’at dan ilmu Hakekat yang Allah berlakukan. Dan
kini mari kita ikuti selanjutnya perjalanan amal dan ibadah Abdi Allah menuju
amal dan ibadah “Lontar Jumrah”. Lempar jumrah atau lontar jumrah adalah
sebuah kegiatan yang merupakan bagian dari ibadah haji tahunan ke kota
suci Mekkah, Arab Saudi. Para jemaah
haji melemparkan batu-batu kecil ke tiga tiang (jumrah; bahasa Arab: jamarah,
jamak: jamaraat) yang berada dalam satu tempat bernama
kompleks Jembatan
Jumrah, di kota Mina yang
terletak dekat Mekkah. Para jemaah mengumpulkan batu-batuan tersebut dari tanah
di hamparan Muzdalifah dan
meleparkannya. Kegiatan ini adalah kegiatan kesembilan dalam rangkaian
kegiatan-kegiatan ritual yang harus dilakukan pada saat melaksanakan ibadah
haji, dan umumnya menarik jumlah peserta yang sangat besar (mencapai lebih dari
sejuta jemaah).
عن ابن عباس رضي الله
عنهما رفعه إلى النبي ‘ قال :” لما أتى إبراهيم خليل الله المناسك عرض له الشيطان
عند جمرة العقبة فرماه بسبع حصيات حتى ساخ في الأرض ، ثم عرض له عند الجمرة
الثانية فرماه بسبع حصيات حتى ساخ في الأرض ، ثم عرض له عند الجمرة الثالثة فرماه
بسبع حصيات حتى ساخ في الأرض ” قال ابن عباس : الشيطان ترجمون ، وملة أبيكم
إبراهيم تتبعون
Dari Ibnu Abbas radhiyallallahu’anhuma,
beliau menisbatkan pernyataan ini kepada Nabi, “Ketika Ibrahim kekasih Allah
melakukan ibadah haji, tiba-tiba Iblis menampakkan diri di hadapan beliau di
jumrah’Aqobah. Lalu Ibrahim melempari setan itu dengan tujuh kerikil, hingga
iblis itupun masuk ke tanah . Iblis itu menampakkan dirinya kembali di jumrah
yang kedua. Lalu Ibrahim melempari setan itu kembali dengan tujuh kerikil,
hingga iblis itupun masuk ke tanah. Kemudian Iblis menampakkan dirinya kembali
di jumrah ketiga. Lalu Ibrahim pun melempari setan itu dengan tujuh kerikil,
hingga iblis itu masuk ke tanah“.Terdapat bukti yang kuat, yang membenarkan
kesimpulan ini. Diantaranya adalah firman Allah ta’ala,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
Dan berdzikirlah (ingat) Allah dalam beberapa hari yang berbilang (QS.Al-Baqarah: 203).
Masuk dalam cakupan perintah
berdzikir pada hari-hari yang berbilang dalam ayat di atas adalah melempar
jumrah. Karena Allah ta’ala berfirman pada potongan ayat
selanjutnya,tujuh batu krikil yang di lemparkan oleh seorang Nabi Ibrahim as
(Abdi Allah) kepada iblis la’natullah, jika di tarik ke dalam diri ketika si "Salik"yang sedang mengamalkan “Tarekat”, maka iblis la’natullah yang bersarang
di tujuh "Latifah-Latifah", lari pontang panting dengan hunjaman-hunjaman "Zikrullah" yang di tujukan ke tujuh "Latifah-Latifah" tersebut dengan bertubi-tubi, yang
selama ini iblis la’natullah menutupi Makam Kebesaran "Ilaahi" agar Makam-Makam
tersebut tiada memancarkan "Nurullah" (cahaya Allah), khususnya pada Makam "Latifatul Qalby" (hati), Makam ini yang paling banyak di hunjamkan dengan Zikrullah karena di sinilah letak zona terpenting sehingga iblis la’natullah
beserta bala tentaranya menguasai dan menjaga dengan super ketat, dari
Makam-Makam lainnya. Bila mana Makam Latafatul Qalby (hati) ini, terus menerus
di hunjamkan oleh si Salik dengan zikrullah, Makam Latifatul Qalby(hati) akan
terkuak dan memancarkan Nurullah (cahaya Allah) yang gilang gemilang, yang
dengan Nurullah (cahaya Allah) itu memancar-mancar ke Makam Latifah-Latifah
lainnya seperti, “ Latifatu Ruh, Latifatus Srri,
Latifatu Khafi, Latafatul Akhfa, Latfatunnafsun Natiqa dan Latifah kullu jasad”
inilah yang paling di takukan oleh iblis beserta bala tentaranya bila semua
Makam-Makam tersebut terpancar nurullah
(cahaya Allah) ke luar.
Demikian inilah Nabi Ibrahim as (Abdi Allah) dengan dalam keadaan nafi (tiada) di dalam isbat (tetap)nya Allah, melempar iblis la’natullah dengan batu krikil yang bermuatan zikrullah itu artinya batu krikil sebagai alat benda di simbolkan dengan Syari’at sementara kekuatan Hakekat yang bersumber dari Qalb (hati) dan seluruh Latifah-Latifah dalam diri Nabi Ibrahim as tersalurkan dan tertumpuh di batu krikil sebagai alat/benda (syari’at), menjadi kekuatan yang amat dahsyat yang di tujukan kearah target yakni, iblis la’natullah, sehingga ia masuk kedalam tanah. Iblis la’natullah tiada akan dapat di perangi dengan sejata rudal balistic, karena ia bangsa Jisim (tiada terlihat oleh pandangan mata zhohir) akan tetapi walaupun sekecil batu krikil yang bermuatan zikrullah, apabila di sasarkan ke iblis la’natullah, bagaikan sahsyatnya nuklir yang ia rasakan. Itu artinya berhakekat di dalam syari’at Allah untuk membidik sasaran yakni iblis la’natullah.
Demikian inilah Nabi Ibrahim as (Abdi Allah) dengan dalam keadaan nafi (tiada) di dalam isbat (tetap)nya Allah, melempar iblis la’natullah dengan batu krikil yang bermuatan zikrullah itu artinya batu krikil sebagai alat benda di simbolkan dengan Syari’at sementara kekuatan Hakekat yang bersumber dari Qalb (hati) dan seluruh Latifah-Latifah dalam diri Nabi Ibrahim as tersalurkan dan tertumpuh di batu krikil sebagai alat/benda (syari’at), menjadi kekuatan yang amat dahsyat yang di tujukan kearah target yakni, iblis la’natullah, sehingga ia masuk kedalam tanah. Iblis la’natullah tiada akan dapat di perangi dengan sejata rudal balistic, karena ia bangsa Jisim (tiada terlihat oleh pandangan mata zhohir) akan tetapi walaupun sekecil batu krikil yang bermuatan zikrullah, apabila di sasarkan ke iblis la’natullah, bagaikan sahsyatnya nuklir yang ia rasakan. Itu artinya berhakekat di dalam syari’at Allah untuk membidik sasaran yakni iblis la’natullah.
فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ رَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
(QS. Al Anfaal Ayat : 17)
Untuk mendekatkan pemahaman, kita
ambil beberapa contoh peluru, di dalam peluru itu ada dua unsur berbentuk
klongsongan dan unsur misiu, misiu itu posisi tempat di dalam klongsongan
peluru, begitu di arahkan ketarget sasaran, yang mendorong klongsongan peluruh
adalah misiu, sehingga peluru terhentak dengan cepatnya atas hentakan unsur
misiu di dalamnya. Demikian pulalah dengan batu krikil yang akan di lemparkan ke tepat sasaran sebagai amal dan ibadah “Lempar Jumrah” di dalam nya terdapat kekuatan sangat
dahsyat, itu artinya Syari’at yang di dalamnya berisikan Hakekat.
Demikian pulalah dalam kita bermasyarakat
dan pada generasi sekarang dan mendatang untuk mengantisifasi gangguan negative dari Jisim (dalam diri) lebih sulit dari pada gangguan dari luar diri
(Jirim), karena iblis (syaitan) la’taullah,yang bangsa jin masuk melalui Jisim (tubuh dalam yang memakai tubuh luar) manusia . Jika generasi ini
terkontaminasi dengan pergaulan bebas maka sesungguhnya Jisimnya itulah yang
perlu di perhatikan secara khusus karena Jisim itu paling dominan
keterkaitannya dengan jirim. Andaikata Jirim nya saja di perhatikan tanpa
Jisim, hal ini akan menambahkan
kekhawatiran. Penjelasan di atas adalah sebagai tolak ukur agar sesuatu
yang kita kerjakan bersumber dari Qalb (hati), sehingga Rasulullah bersabda “Qalbun
Mu’minu Baitullah” (hati orang-orang beriman itu adalah Baitullah)
Demikianlah penjelasan ini yang bertemakan, Makna Yang Tersirat Di balik Amal dan Ibadah “Lempar Jumrah”, Mohon ampun kepada Allah,mohon ma’af, bila
terdapat kesalahan dan sedikitpun tidak ada maksud tertentu, hanya semata-mata
menyampaikan haq Allah, agar kita di hadapan Al Haq, tidak saling tuding
menuding satu diantara kita, atas ma’af
yang diberikan, penulis ucapkan tarima kasih, semoga bermanfa’at, hanya
kepunyaan Allah lah segala puji-pujian teragung. InsyaAllah, kita bahas berikut
pekan depan tentang Rukun Islam kelima yakni “Makna Yang Tersirat Di Dalam Amal
Dan Ibadah “Wuqub Arafah” di karenakan saling terkait, kiranya penulis berharap agar unggahan-unggahan
postingan sebelumnya dan sekarang di fahami benar-benar, supaya sebagai bahan
acuan untuk melengkapi unggahan-unggahan postingan akan datang sehingga tidak
kehilangan arah dan tujuan ,
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim. Yaa .. Allah, hilangkanlah rasa ujub dalam diri kami sehingga kami tidak pernah terlepas dari tali Aqidah yang sangat kokoh, Aamiin . . yaa Robbal Aalamiin,bagi yg belum faham tentang pembahasan yang diuraikan,saya persilakan untuk bertanya dengan segala hormat.
إِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلا, وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim. Yaa .. Allah, hilangkanlah rasa ujub dalam diri kami sehingga kami tidak pernah terlepas dari tali Aqidah yang sangat kokoh, Aamiin . . yaa Robbal Aalamiin,bagi yg belum faham tentang pembahasan yang diuraikan,saya persilakan untuk bertanya dengan segala hormat.
Billahi taufiq wal hidayah.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
I Kata-Kata Arifbillah,
"Ilmu itu kehidupan hati daripada kebutaan,
sinar penglihatan daripada kezaliman
dan tenaga badan
daripada kelemahan".
(Imam Al Ghazali)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar