,الحــمدلله ألصــلاة والســلام على رسـول الله
و على آله وصـحبـه اجـمعيـن
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ, اَمَّا ب
Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam semesta, berfirman,
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah
sebahagian dari syi'ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah
atau ber'umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya.
Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka
sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. (QS.
Al Baqarah Ayat : 158)
Alhamdulillah,
segala puji dan puja bagi Allah, Dialah cahaya langit dan bumi, Dia
memberikan cahaya Nya di waktu malam gelap gulita, Dia memberikan penerangan
dengan cahaya Nya yang bagi siapa-siapa saja yang menghampiri Nya dan Dia
membukakan hijab dari yang menutupi cahaya sehingga berdampakkan Nurin ala
Nurin, bagi siapa-siapa yang dikehendaki Nya. sehingga sampai kepada saat
ini, umur kita masih berkhah di dalam Imani wal Islami,sehingga dengan kekuatan
dorongan Imani wal Islami tersebut kita mempunyai kemampuan menyisihkan waktu
untuk membaca dan memahami postingan yang penulis unggah dalam rangka
meneruskan kewajiban yaitu menambah Ilmu pengetahuan agama.
Sembari kita
iringkan sholawat beserta salam kepangkuan rohaniah junjungan kita pimpinan
agung Nabi besar Muhammad SAW, yang di utus oleh Allah ta’ala spesialis
zulumati Ilaa nur, untuk memandu umat manusia supaya keluar dari lembah hina,
hidup zulmah (gelap) tanpa aturan illa nur menujuh arah cahaya yang terang
benderang, di seluruh aspek kehidupan zhohir dan batin, baik itu untuk
kepentingan duniawi wal akhirati, di sana di atur oleh Allah spesialis menurut
kebutuhan manusia itu sendiri, kiranya mari kita sama berharap agar senantiasa
Allah ridho atas kerja baik yang kita lakukan, sehingga syafa’at Rasulullah,
tersebut melimpah dan menghunjam kelubuk jiwa kita bersama. Yang mulia
tuan-tuan guru Syekh, Kyai, dan Alim Ulama’ rahiimahkumullah, mohon, izin dan
restunya untuk membahas tentang Rukun Islam, kelima yakni,”Hajji dan Umroh” (dalam
pengkajian nantinya kita hanya membahas tentang, Makna Yang Tersirat Di
Balik Amal dan Ibadah Sa’i rukun Islam pertama “Syahadah” sangat
berpotensi kuat sekali dalam hal ini, melihat kondisi kepada khususnya umat
Islam dan jika terdapat ke keliruan dalam penyampaian, mohon di
luruskan. Alhamdulillah, pada kesempatan ini kita dapat bertemu kembali
dalam keadaan sehat wal afi’at dan mudah-mudahan Allah SWT, selalu meridhoi
amal dan ibadah kita Aamiin . . yaa Robbal ‘Aalamiin.
Dengan
rasa syukur yang mendalam penulis berterima kasih sekali kepada Ikhwan wal
Akhwat, yang telah berkenan membaca, memperhatikan dan memahami dari awal
unggahan postingan hingga saat ini, mudah-mudahan Allah SWT, selalu meridhoi
amal dan ibadah kita Aamiin . . yaa Robbal ‘Aalamiin.prinsif yang selalu harus benar-benar kita pengangi
adalah Firman Allah SWT, berikut.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولً
Jangan kamu turutkan amal yang kamu tidak mengerti ilmunya, Sesungguhnya nanti, telinga kamu, mata kamu, hati kamu semua masing-masing akan di tanyai pertanggung jawabannya, kamu perturutkan amal padahal kamu tidak mengerti apa yang kamu amalkan. (QS. Al Isra’ Ayat : 36).
Alhamdulillah, pekan
lalu telah di jelaskan secara terperinci makna di amal ibada “Thawwaf”yang
langsung di amalkan seorang Abdi Allah, dengan kedaan zhohir dan batinnya
sehingga mampu menjadikan dirinya merasakan kebesaran Allah SWT, dengan
berdampakkan cahaya qalb (hati) (qalbun mu’minun baitullah) dengan pancaraan
cahaya Allah yang ada di "Ka’bah" (baitullah). Sehingga kumparan-kumparan "Nur" (cahaya) yang dapat menseimbangkan bumi ini dari kehancuran, karena "Ka’bah" adalah poros (sumbuh) bumi ini. Kini kita melangka dengan amalan lainnya yakni, "Amal dan Ibadah Sa’i" dalam amal dan ibadah ini sangat di perlukan dan di
butuhkan "Ilmu Pengetahuan" sehingga kita tidak sekedar ikut-ikutan mengamalkan "Ibadah Sa'i" yang selama ini kita hanya tahu dari pada lahiriahnya saja akan
tetapi makna yang ada di dalam batiniah perlulah di perhatikan padahal itu yang
di nilai sisi Allah, untuk itu perlu sekali kita menguasa "Ilmu zhohir dan
Batin" sehingga kita tidak kehilangan
arah dan tujuan kepada siapakah, amal dan ibadah ini persembahkan. Sejenak kita
telusuri "Abdi Allah", beserta keluarganya. Kecintaan
Nabi "Ibrahim as" terhadap Allah dan menuruti perintah-Nya, melebihi segalanya. Ia
pun memasrahkan semuanya kepada Allah dan berdoa,
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat.
Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri
rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS Ibrahim
ayat 37).
(Gambar sebagai tamsilan)
Dalam
tradisi Islam, "Nabi Ibrahim as" diperintah Allah untuk meninggalkan isterinya "Siti Hajar" di gurun bersama puteranya "Ismail" yang masih bayi
dengan perbekalan sebagai ujian bagi keimanannya. Saat perbekalan tersebut
habis, Siti Hajar mencari bantuan. Ia meninggalkan bayinya di tanah yang
sekarang menjadi sumur "Zamzam". Berharap untuk dapat memperoleh air ia
mendaki bukit terdekat, Shofa, untuk melihat barangkali saja ada pertolongan
atau air di dekat situ. Saat ia tidak melihat siapapun di sana, ia pindah ke
bukit lainnya, Marwah, agar bisa melihat ke tempat lebih luas. Tetapi dari
bukit itu pun tak tampak apa yang dicarinya sehingga ia terus bolak-balik
sambil berlari di atas panasnya pasir gurun sampai tujuh kali balikan. Saat ia
kembali ke Ismail, ia melihat air telah memancar dari tanah di dekat kaki bayi
yang sedang menangis itu. Umat Islam percaya bahwa saat itu Allah telah mengutus
malaikat Jibril untuk
memunculkan air di sana. Saat
melihat air memancar, Siti Hajar menampungnya dalam pasir dan batu sambil
berucap terhadap air itu "berkumpulah, berkumpulah" yang dalam bahasa
Arabnya disebut "Zamzam", adalah ungkapan yang di ucapkan berulang-ulang oleh "Siti
Hajar" saat berupaya menampung air itu. Daerah di sekitar munculnya air
tersebut, yang kemudian berubah menjadi sumur, di jadikan tempat beristirahat
bagi para "Kafilah", dan selanjutnya berkembang menjadi kota "Mekkah" tempat
lahir "Nabi Muhammad SAW". Alhamdulillah, mari
kita mengambl hikmah dalam sejarah "Nabi Ibrahim as" (Abdi Allah) beserta
keluarganya dalam kontek "Ma’na yang tersirat di dalam amal dan Ibadah Sa'i’' tentunya kita menggunakan dalil (bukti) dan madlul (yang di buktikan) dari Al
Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Dan penulis akan menghubungkan peristiwa ini dengan diri seorang “Salik” yang sedang berjalan amalan "Tarekat” sehingga terbukalah hijab yang selama ini meliputi “Qalb” (hati) yang penuh gemerlapan cahaya Allah. Jika seorang istri "Nabi Ibrahim" (Abdi Allah), yakni, "Siti Hajar" pergi mencari air pulang pergi dari "Bukit Shafa" ke "Bukit Marwah " sebanyak tujuh kali, itu artinya, seorang “Salik” yang bertarekat harus melalui Latifah-Latifah, yang berada di dalam dirinya sebanyak tujuh latifah, yakni, “Latifatul Qalby, Latifatu Ruh, Latifatus Srri, Latifatu Khafi, Latafatul Akhfa, Latifatunnafsun Natiqa dan Latifah kullu jasad” dengan mengunjamkan Zikrullah kepada Latifah tersebut di karenakan tempat sarang-sarang iblis (syaitan),yang selama ini menutupi Latifah tersebut untuk tidak keluar, memancar sehingga berdampakkan dengan "Nurullah" (cahaya Allah), adapun makam-makam tersebut bertempat di dalam diri manusia (Salik),
Dan penulis akan menghubungkan peristiwa ini dengan diri seorang “Salik” yang sedang berjalan amalan "Tarekat” sehingga terbukalah hijab yang selama ini meliputi “Qalb” (hati) yang penuh gemerlapan cahaya Allah. Jika seorang istri "Nabi Ibrahim" (Abdi Allah), yakni, "Siti Hajar" pergi mencari air pulang pergi dari "Bukit Shafa" ke "Bukit Marwah " sebanyak tujuh kali, itu artinya, seorang “Salik” yang bertarekat harus melalui Latifah-Latifah, yang berada di dalam dirinya sebanyak tujuh latifah, yakni, “Latifatul Qalby, Latifatu Ruh, Latifatus Srri, Latifatu Khafi, Latafatul Akhfa, Latifatunnafsun Natiqa dan Latifah kullu jasad” dengan mengunjamkan Zikrullah kepada Latifah tersebut di karenakan tempat sarang-sarang iblis (syaitan),yang selama ini menutupi Latifah tersebut untuk tidak keluar, memancar sehingga berdampakkan dengan "Nurullah" (cahaya Allah), adapun makam-makam tersebut bertempat di dalam diri manusia (Salik),
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ مَا تَرَىٰ فِي خَلْقِ الرَّحْمَٰنِ مِنْ تَفَاوُتٍ ۖ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِنْ فُطُورٍ
Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang? (QS. Al Mulk
Ayat : 3)
Yakni, 1. Latifatul Qalby yang letaknya berhubungan jantung jasmani, letaknya dua jari di bawah susu kiri, di sinilah letaknya sifat “Kemusyrikan” 2. Latifatu Ruh, letaknya dua jari di bawah susu kanan, di sinilah letaknya sifat "Bahimiyah" (binatang jinak).3. Latifatus Srri, letaknya dua jari di atas susu kiri, di sinilah letaknya sifat “Syabiyah” (binatang buas). 4. Latifatu Khafi, letaknya dua jari di atas susu kanan, di sinilah letaknya sifat "Pedengki, Khianat, sifat Syaithani" yang membawa kecelakaan dan kebinasaan dunia dan akhirat. 5. Latafatul Akhfa, letaknya di tengah dada , di sini letaknya sifat "Takbur" (sombong) dan "ujub" (membanggakan diri). 6. Latifatunnafsun Natiqa, letaknya di antara dua kening, di sinilah letaknya "Nafsu Amarah", nafsu yang selalu mendorong orang kepada kejahatan.7. Latifah kullu jasad, letaknya yakni, Latifah yang mengendarai seluruh tubuh jasmani, dalam Latifah ini terletak sifat “Jahil” dan “Ghaflah”
(Gambar sebagai tamsilan)
Begitulah di lembah pasir dan bukit yang tandus, panas terik dengan
penuh perjuangan dan pengorbanan "Siti Hajar" berusaha di "Alam Jirim" (alam
nyata), Sementara si "Salik" yang berjuang di panas dan terik di lembah yang tandus
berusaha penuh perjuangan dan pengorbanan di "Alam Jisim" (alam ghoib), hingga
akhirnya insyaAllah, mendapatkan "Ridho Allah", terpancarlah "Nurullah" (cahaya Allah)
dari "Latifah Qalbi" (hati), samalah halnya
dengan ketika sampai di "Marwah", tiba-tiba terdengar oleh "Siti Hajar" suara yang
mengejutkan, lalu ia menuju ke arah suara itu. Alangkah terkejutnya, bahwa
suara itu ialah suara air memancar dari dalam tanah dengan derasnya di bawah
telapak kaki "Ismail". Air itu adalah air "Zam-Zam". Penulis mengajak untuk
mengunjungi kekronologi penulis tentang “Jalan yang sungguh melelahhkan, penuh onak dan duri jurang di kanan kiri
tebaran kerikil tajam lagi mendaki hanya demi ridho Ilaahi” Demikian dengan
pancaran Nurullah yang bersumber dari Qalb (hati) Salik, maka terpancarlah
keseluruh Latifah-Latifah lainnya,itu artinya mewujud Sifat Iradat kesifat
lainnya sehingga Salik dalam posisi "Nafi" (tiada) di dalam "Isbat" (tetap) nya Allah,
sehingga ”Bersyahadah” (menyaksikan) wujud konkret Allah SWT, yang tiada
seumpama dengan sesuatu apapun dan inilah modal utama “Kekhusukan” mengerjakan "Amalan Maktubah" (berwaktu-waktu) seperti "sholat,
syaum(puasa), zakat dan hajji".
Demikianlah
penjelasan ini yang bertemakan, Makna
Yang Tersirat Di Balik Amal dan Ibadah “Sa’i’”, Mohon ampun kepada Allah, mohon
ma’af, bila terdapat kesalahan dan sedikitpun tidak ada maksud tertentu, hanya
semata-mata menyampaikan haq Allah, agar kita dihadapan Al Haq, tidak saling
tuding menuding satu diantara kita, atas ma’af
yang di berikan, penulis ucapkan tarima kasih, semoga bermanfa’at, hanya
kepunyaan Allah lah segala puji-pujian teragung. InsyaAllah, kita bahas berikut
pekan depan tentang Rukun Islam kelima yakni “Makna Yang Tersirat Di Dalam Amal
Dan Ibadah “Melontar Jumrah” di karenakan saling terkait, kiranya penulis berharap agar unggahan-unggahan
postingan sebelumnya dan sekarang di fahami benar-benar, supaya sebagai bahan
acuan untuk melengkapi unggahan-unggahan postingan akan datang sehingga tidak
kehilangan arah dan tujuan ,
إِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلا, وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim.Yaa .. Allah, hilangkanlah rasa ujub dalam diri kami sehingga kami tidak pernah terlepas dari tali Aqidah yang sangat kokoh, Aamiin . . yaa Robbal 'Aalamiin,
Billahi taufiq wal hidayah.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Kata-Kata Arifbillah,
"Tiada meninggalkan sedikit pun dari kebodohan,
siapa
yang berusaha akan mengadakan sesuatu
dalam suatu masa selain dari apa yang
dijadikan oleh Allah
di dalam masa itu". (Al Hikam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar