Kamis, 27 Juli 2017

Seseorang Meminta Tajalli Allah SWT, Akhirnya Kesombongan Yang Di Dapat

                                                                                                                   Bagian 4


Barang siapa kenal dirinya maka kenal ia Tuhannya,
Barang siapa kenal Tuhannya maka sesungguhnya, tiadalah dirinya.

,السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ , بــِـسْمِ اللهِ الرَّحْــمٰنِ الرَّحِــيْمِ 
,الحــمدلله ألصــلاة والســلام على رسـول الله
و على آله وصـحبـه اجـمعيـن 
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ , اَمَّا ب

Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam semesta, berfirman,

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang  Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo’a apabila ia berdo’a kepada Ku, maka hendaklah  mereka itu memenuhui segala perintah Ku dan hendaklah mereka beriman kepada Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al Baqarah Ayat : 186)

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam, dengan ni’mat sehat yang telah diberikanNya, kita diberi kesempatan kembali dan berkomunikasi walaupun via media sosial, Sholawat beriringkan salam atas panutan kita baginda Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat-sahabatnya. Mudah-mudahan syafa’at beliau melimpah dan menghunjam kelubuk hati sanubari kita yang paling dalam dan dengan syafa’at tersebut agar kiranya kita selamat dari keterbelengguan hawa dan nafsu, sehingga kita mampu memahami Al Qur’an sebagai dalil (bukti) dari ciptaan Allah, sebagai madlul (yang di buktikan). Yang mulia tuan-tuan guru Syekh, Kyai dan Alim Ulama' rahiimahkumullah, mohon, izin dan restunya untuk menjelaskan "Keimanan" untuk di sampaikan ketengah-tengah publik, mengingkat kondisi saat ini, khususnya kepada umat Islam dan jika terdapat kekeliruan dalam penyampaian, mohon di luruskan.

Ucapan terima kasih kepada Ikhwan wal Akhwat yang berkenan membaca, memperhatikan dan memahami, artikel yang penulis unggah semoga Allah, selalu melimpahkan rahmat dan karunia Nya. Aamiin. Penulis berharap untuk menanggapi artikel yang diungga kiranya kita menggunakan ilmu dalil (bukti) dari Al Qur‘an, ilmu madlul (yang di buktikan) dari Al Qur’an dan ayat muktamat (ayat yang terang artinya tidak memerlukan penafsiran) dan ayat muktasabihat (ayat yang perlu penjelasan) dari Al  Qur’an. Ikhwan wal Akhwat sekalian yang di rahmati Allahpenulis berusaha mengupayakan semaksimal mungkin menggunakan bahasa yang mudah di fahami dengan berharap kiranya permirsa untuk tidak terburu-buru, tergesa-tergesa dengan tidak membacanya sepenggal-sepenggal, santai dengan perasaan yang lembut dan sejuk sehingga karunia Allahberupa hidayah akan turun InsyaAllah dan artikel ini yang bertemakan "Seseorang Meminta Tajjali Allah SWT, Akhirnya Kesombongan Yang Di Dapat"adalah unggahan yang akan berkaitan terus kepada artikel-artikel yang akan  mendatang, sehinggah menjadi sebuah ilmu pengetahuan Agama Islam untuk mewujudkan iman ke dalam amal di dunia sehingga sampailah  akhirnya memperoleh kebahagian di akhirat selama-lamanya. Mari sejenak luangkan waktu untuk merenungkan ma'na dibalik kalimat "Seseorang Meminta Tajjali Allah SWT, Akhirnya Kesombongan Yang Di Dapat"

Demikianlah “Aqal (Logika)” manusia yang selalu memunculkan pertanyaan-pertanyaan, dan “Aqal (logika)” manusia tidak dapat memperoleh pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan, sedangkan “qalb (hati)” dapat mengetahui hakekat diri segala yang ada, itulah salah satu ni’mat Allah SWT yg wajib kita syukuri, Subhaanallah. Untuk memperjelaskan supaya kita tidak penasaran, disini kita uraikan semaksimal mungkin. Ketika hamba Allah SWT, Nabi Musa as, sangkin dekatnya kepad Allah, beliau memohon di tampakkan Tajalli (kenyataan Tuhan).

وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَٰكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ

“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku".Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".  (QS. Al A’raaf Ayat ; 143)

Bukit yang Allah, maksud yakni  gunung Thuursina, tempat terkenal di daerah ini adalah Jabal Musa. Adalah nama sebuah puncak gunung tertinggi, dari sederetan gugusan pegunungan yang ada di semenanjung Sinai, Mesir. Dinamakan Jabal Musa (Gunung Musa), karena di puncak gunung itulah Nabi Musa a.s. menerima wahyu dan berjumpa dengan Tuhannya, sebagaimana yang dikisahkan oleh Al Qur’an. Dalam agama Nasrani peristiwa ini terkenal dengan isitilah “Ten Commandments atau Decalogue “.Maka, Musa lupa siapa dirinya dan ia meminta sesuatu yang tidak layak di lakukan manusia dimuka bumi ini dan meminta sesuatu yang tidak dapat di penuhi manusia di dunia. Ia meminta dapat melakukan penglihatan yang teragung, tatkala Tuhannya menampakkan diri kepad a gunung itu, di jadikannya  gunung itu hancur luluh . . . dan Musa terpental jatuh tersungkur dan pingsan. Kita tidak dapat melihat Nya kecuali degan kehalusan yang menghubungkan kita degan Allah, ketika ruh kita bersih dan jernih dan menghadap secara total kepada Nya. Selama insan masih di posisi insan dan selama ego (keakuan) yang menjadi hijab (dinding) untuk Musyahadah (Menyaksikan) Allah (Zat wajib adanya yang bersifat tidak seumpama dengan sesuatu apapun) tidak akan pernah tercapai. Sesunggunya dia (Musa) selama dia ada pada dirinya, maka, Allah tiada dari dirinya. Tuhan hanya dapat di lihat dari mata hati batiniah, dia akan "Mukaysafah Tajalli" (kenyataan Allah SWT).

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَان.وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

“Tiap-tiap orang atasnya kebinasaan/fana dan zat Allah tetap baqa, yang mempunyai sifat sempurna dan Maha Agung”. (QS. Ar Rahman  Ayat : 26 – 27).

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖفَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al Kahfi : 110)

Demikianlah wejangan ini, ma’na di balik kalimat “Seseorang Meminta Tajalli Allah SWT, Kesombongan Yang Di Dapat”. Mudah-mudahan Allah memberikan kita petunjuk. Mohon ampun kapada Allah, mohon ma’af, bila terdapat kesalahan dan sedikit pun tidak ada maksud tertentu, hanya semata-mata menyampaikan haq Allah, agar kita dihadapan Al Haq, tidak saling tuding menuding satu diantara kita, atas ma’af yang di berikan, penulis ucapkan terima kasih, semoga bermanfa’at, hanya kepunyaan Allah lah segala puji-pujian teragung. InsyaAllah, kita lanjutkan artikel berikut bertemakan "Jalan yang sungguh      melelahhkan, penuh onak dan duri jurang di kanan kiri tebaran kerikil tajam lagi mendaki hanya demi ridho Ilaahi" di karenakan saling terkait, kiranya  penulis berharap agar unggahan-unggahan artkel sebelumnya di fahami benar-benar agar supaya sebagai bahan acuan untuk melengkapi unggahan-unggahan artikel sekarang dan akan datang sehingga tidak kehilangan arah dan tujuan ,


إِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلا, وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم

Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim.Yaa .. Allah, hilangkanlah rasa ujub dalam diri kami sehingga kami tidak pernah terlepas dari tali Aqidah yang sangat kokoh,  Aamiin . . yaa Robbal 'Aalamiin, 
Billahi taufiq wal hidayah.                     
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 





Kata-Kata Arifbillah,

“Barangsiapa yang menyombongkan diri 
kepada salah seorang daripada hamba-hamba Allah,
sesungguhnya  ia telah bertengkar dengan Allah pada haknya”. 
(Imam Al Ghozali)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar