Barang siapa kenal dirinya maka kenal ia Tuhannya,
Barang siapa kenal Tuhannya maka sesungguhnya, tiadalah dirinya.
بِسْمِ
الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَسْلَامُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاةُ
اَ
لْحَمْدُ الله الَّذِى قَوْلُهُ , لاَ يُمْكِنُ اَ نْ تُشْتَرَى مِنَ اْلآمْوَا ل
باِ لْكَثْرَةْ .فَا الْقُرْانُ
اْلكَرِيْ مُ فِيْهِ هِدَايَةٌ غُرَّةْ . وّعّظّةً مُوَفَّرَة لِمَنْ كاَ نَ
يّرْجُوالله
وَا لْاَخِرَّةْ
. صَلَاتُهُ تَعَا لَى وَسَلَامُهُ عَلَى سَيِدِ ناَ مُحَمَّدٍ ذى خِصَا لٍ
عَطِرَةْ
وَأُسْوَاةٍ
بَا هِرَةْ . وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ اْلبَرَرَةْ.
وَفِى
الْقُرْانُ اْكَرِي مُ " وَاِلَهُكُم اِلَهُ وَّاحِدٌ , لَا اِلَهَ اِلَّا
هُوَالرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ "
Alhamdulillah, Yang mulia
tuan-tuan guru Syekh, Kyai, dan Alim Ulama’ rahiimahkumullah, mohon, izin dan
restunya untuk merangkum pembahasan Rukun Islam, Iman dan Ihksan dalam
artikel-artikel yang telah diunggah sampailah nantinya mendapatkan kepada
kesimpulan yang putus, melihat kondisi kepada khususnya umat Islam dan
jika terdapat ke keliruan dalam penyampaian, mohon di luruskan. Tiada
terlupakan terima kasih yang mendalam kepada Ikhwan wal Akhwat yang telah
mendo’akan agar artikel ini tetap di tampilkan, mudah-mudahanالله memberikan taufiq dan hidayah Nya kepada kita,
Aamiin. Alhamdulillah,
dengan izinالله penulis telah merangkum dari awal artikel Rukun
Islam, Iman dan Ikhsan, sehingga menghasilkan keterangan yang terang dan jelas
dan akhirnya menemukan kesimpulan yang putus.
Pada hakekatnya untuk menjelaskan dan
menjabarkan Rukun Islam, Iman dan Ikhsan ini tiadalah dapat terhingga, akan
tetapi penulis menerangkan dan mengambil hikmah dari dasar makna Ilmu yang tersirat di dalam yang
tersurat dan bahkan sampai yang tersuruq sebagai pondasi Aqidah untuk mentauhidkanالله semata-mata, agar agama Islam tidaklah di anggap oleh sebagian pihak yang tidak bertanggung jawab, sebagai agama radikal atau agama yang bertentangan dengan
fitrahnya manusia dan bukanlah agama Islam untuk menjadikan orang tahan peluru atau senjata tajam (kebal), berlari
dan melayang di atas air, terbang di udara dan merasa sempurna dari orang lain, Bukan!.
Justru agama Islam turun untuk memberikan petunjuk agar tetap fitrah (suci)
dari ketetapan awal kejadian ruh hingga kembali menghadap الله dalam keadaan
fitrah (suci) baik lahiria maupun batinia dan sebagai agama Rahmatan Lil ‘Aalamiin
(rahmat bagi sekalian alam) dan sebagai jalan
lurus yang tidak bengkok.
Penjelasan Rukun Islam, Iman dan Ikhsan, tiadalah terlepas dari ilmu Tasawwuf (Menempuh jalan ini memerlukan tanjakkan-tanjakkan bathin) yang telah memberikan keterangan secara terang dan jelas tentang rukun-rukun tersebut, yang di pelopori oleh para sufi sholeh yang tersohor diantaranya seperti Al Muqarrom Wali-Wali الله, Imam Al Ghozali, Al Halajj, Syech Abu Hasan Asy’ary, Syech Abdul Qadir Jailani, Syech Ibnu Atho’ Illah dan khususnya di Indonesia Al Muqarrom Wali Songo, Waliالله , Al Muqarrom Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi Naqsyabandi, kab. Langkat Sumatera Utara, Hadratus Syeikh Kiyai Haji Muhammad Hasyim Asy'ari”, kab. Jombang Jawa Timur. Banyak lagi para Wali-Waliالله yang tersebar dipelosok tanah air Indonesia.
Penjelasan Rukun Islam, Iman dan Ikhsan, tiadalah terlepas dari ilmu Tasawwuf (Menempuh jalan ini memerlukan tanjakkan-tanjakkan bathin) yang telah memberikan keterangan secara terang dan jelas tentang rukun-rukun tersebut, yang di pelopori oleh para sufi sholeh yang tersohor diantaranya seperti Al Muqarrom Wali-Wali الله, Imam Al Ghozali, Al Halajj, Syech Abu Hasan Asy’ary, Syech Abdul Qadir Jailani, Syech Ibnu Atho’ Illah dan khususnya di Indonesia Al Muqarrom Wali Songo, Waliالله , Al Muqarrom Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi Naqsyabandi, kab. Langkat Sumatera Utara, Hadratus Syeikh Kiyai Haji Muhammad Hasyim Asy'ari”, kab. Jombang Jawa Timur. Banyak lagi para Wali-Waliالله yang tersebar dipelosok tanah air Indonesia.
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ,قُمْ فَأَنْذِرْ,وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ,وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ,وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ,وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ,وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
Hai orang yang
berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!, Dan Tuhanmu
agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, Dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
(QS. Al Muddatstsir
Ayat : 1-7)
Dalam suatu riwayat di kemukakan bahwa
Rasulullah saw. Bersabda : “Ketika aku telah selesai ‘Uzlah (Khalwat), selama sebulan di Gua
Hira’, aku turun ke lembah. Setelah sampai ke tengah lembah ada yang
memanggilku, tetapi aku tidak melihat seorang pun di sana. Aku menengadakan
kepalaku ke langit, dan tiba-tiba aku melihat malaikat yang pernah mendatangiku
di Gua Hira’. Aku cepat-cepat pulang dan berkata kepada istrinya (Khodijah). “Selimutilah-selimutilah
aku”. (Di riwayatkan oleh as-Syaikhani yang bersumber dari Jabir) Inilah
bukti “Asbabun Nuzul” turunnya QS. Al Muddatstsir Ayat : 1 -7), bahwa
Rasulullah telah berkhalwat selamah 40 malam bertafaqur di dalam Gua Hira’ dan
menerima wahyu pertama. Beliau masuk ke Gua Hira’ untuk berkhalwat
(bersunyi-sunyi, bersepi-sepi
dan mengasingkan diri dari masyarakat ramai), beliau ingin berjumpa dengan
Tuhannya, karena beliau sebelumnya sudah menerima kabar kalimah. لااله الا الله ,محد راسو الله
عَنْ عَائِشَةَ اٌمّ اْلمُئوْ مِنِيْنَ ر ض أًنَّهَا قَالَتْ . . . . .
ثُمَّ يَرْجِعُ
اِلَى خَدِيْجَةَ فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا حَتَّى جَاءَهُ اْلحَقُّ وَهُوَ فِى غَارِ
حِرَاءٍ
فَجَاءَهُ
اْلمَلَكُ فَقَالَ اِقْرَأْ قَا لَ مَا اَنَا بِقَارِئٍ قَالَ فَأَ خَذَ نِى فَغَطَّنِى
حَتَّى بَلَغَ
مِنّى اْلجِهْدُ
ثُمَّ اَرْسَلَنِى فَقَالَ اِقْرَأْقُلْتُ مَااَنا بِقَارِئٍ فَأَ خَذَ نِى فَأغَطَّنِى
الثَّا نِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّ اْلجَهْدُ ثُمَّ
أَرْسَلَنِى فَقَالَ اَقْرَأْ فَقُلْتُ مَا اَنَا بِقَارِئٍ فَأَ خَذَنِى فَغَطَّنِى
الثَالِثَةِ ثُمَّ أَرْسَلَنِى فَقَالَ اِقْرأ بِاسْمِ رَبّكَ اْلَّذِى
خَلَقَ,خَلَقَ اْلإِ نْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَ كْرَمُ,
فَرَجَعَ بِهَا رَسًو لُ الله صلعم يَرْجُفُ فُؤَادُهُ . . . .
Dari ‘Aisyah, Ummul Mu’minin r.a,
katanya : . . . . . . .
Kemudian beliau kembali pula ke Gua
Hira’, hingga suatu ketika beliau masih berada di Gua Hira’. Malaikat datang
kepadanya, lalu katanya, “Bacalah ! “ Jawab Nabi, “Aku tidak pandai membaca.”
Kata Nabi selanjutnya menceritakan, “Aku di tarik dan di peluknya sehingga aku
kepayahan. Kemudian aku di lepaskannya dan di suruhnya pula membaca.“Bacalah
!” katanya. Jawabku, “Aku tidak pandai membaca.” Aku ditarik dan dipeluknya
pula sampai aku kepayahan. Kemudian aku di lepaskan dan di suruhnya pula
membaca. “Bacalah !” katanya. ku jawab, “Aku tidak pandai membaca”. Aku di tarik
dan di peluknya untuk ketiga kalinya, kemudian dilepaskannya seraya berkata. .
. . . . . . . .
(Hadts shoheh Buchori).
Dalam hal ini penulis akan menerangkan
dengan ilmu Dalil (bukti) dari Al Qur’an dan ilmu Madlul (yang di buktikan)
dari Al Qur’an, Di Gua Hira’ dan beliau menerima perinta اقرأapa jawab Muhammad, beliau katakan ماانا بقارئ (aku tidak bisa baca, apa yang mustiku baca), kalaupun ada
umpamanya tulisan didalam Gua itu, takkan juga terbaca,
disamping memang beliau tak tahu membaca sekaligus Gua itu gelap tidak kan
mungkin tampak bacaanya, maka beliau katakan ماانا بقارئ(aku
tidak bisa baca)”, di ulang oleh Jibril اقرأ satu
riwayat di bilang 3 kali, riwayat yang lain ada yang bilang 5 kali. اقرأ (baca) apa yang dibaca Nabi, dikarenakan
beliau tidak tahu tulis dan tidak tahu baca, setelah terbaca oleh Muhammad,
yang di baca Muhammad apa ! inilah dia كلمة الحق (kalimat yang benar عَلَيْهَا نَحْيَا (dengan nama Itu,
Muhammad terasa hidup)وَعَلَيْهَا
نَمُوتُ (dengan nama Itu, Muhammad terasa akan
mati)وَعَلَيْهَا وَبِهَا نُبْعَثُ
اِنْشْاَءَالله مِنَ اْلاَمِنِينَ (kami hidup dengan
kalimah yang sejahtera, demikian pula kami mati. Mudah-mudahan Allah
membangkitkan kami dalam suasana aman tentram bersama mereka yang
memperolehnya. Nabi Isya as pun di ciptakan olehالله lewat بكلمته (dengan kalimat Nya),
maka di gelar Isya Al Masih itu adalah Ruhullah. Jadi yang dibaca ini oleh
Muhammad , كلمة الحق (kalimat yang
benar) yakni, kalimah Alif, Lam, Lam, Ha (kalimah Lafzul zalala). Ini bercahaya
didalam diri kita, bersinar gemilang, terang benderang, letaknya di jantung, yang
berdetak, dak,duk, . .dak,duk, . .dak,duk,dua jari di bawah susu kiri, namanya
hati Rohani.Dengan kembang kuncupnya sang jantung itu adalah yang kerja كلمة الحق dengan
izinالله . Kaliamat yang Haq dengan Dia kita hidup dengan Dia kita mati,
saksikan silahkan kedalam bathin masing-masing . Dan hatipun masih mau
diprediksi, hati yang mana yang dimaksud, disini adalah قلبى ruhani, yang
didalam jantung jasmani, bukan قلبى
jasmani yang didalam segumpal daging, Inilahكَلِمَةُ اْلحَقْ yang
dibaca baginda رَاسُولَ الله ,
Jadi rasa remuk redam
tulang belulang, رَاسُولَ
الله sewaktu di rentapkan dadanya oleh
Jibril, dikala remuk redam di situ hilang rasa keingsanan, setelah
dibaca baru disambung oleh Jibril بِا سْمِ رَبِكَ الّذي خَلَق (dengan nama
Tuhan yang menciptakan) siapa nama Tuhan ! ini dia yang dibaca Nabi, setelah
nabi membaca di lanjutkan بِا سْمِ رَبِكَ الّذي خَلَق (dengan nama Tuhan engkau
yang menciptakan) Nabi terus baca, الله. .الله. .الله. .Jibril terus
menyambung ayat اْلاِنْسَانَ مِنْ عَلَق
خَلَقَ
(yang
menciptakan manusia dari segumpal darah)اِقْرَأْوَرَبُّكَ اْلاَكْرَمُ (bacalah
dengan nama Tuhan engkau yang Mulia), Nabi terus baca الله. .الله. .الله. . Jibril
terus membaca اَلَّذِي عَلَّمَ بِاْلقَاَمِ (yang
mengajarkan manusia lewat perantaraan qolam), apa itu قَلَم , ialah (gurisan) عَلّمَ اْلاِ نْسَا نَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (yang
mengajarkan manusia dari tak tahu jadi tahu), tadinya Muhammad tidak tahu, jadi
tahu الله
apa itu ? yakni اِسْمُ ذَاتْ sekarang di بِسْمِ الله .
Perbuatan رَاسُولُ الله ini diikut dan diamalkan
oleh, Sahabat Rasul, Tabiin, Tabiin-Tabiin, Ulama’-Ulama’, Syekh atau Kyai kita
dan sampai kepada para Salik sekarang ini. Dengan jihad yang sungguh- sungguh,
seorang Salik yang mengamalkan dengan penuh rintangan dengan menghunzamkanذِكْرُالله ke
لتفة
قلبى(hati) ruhani yang berada didalam jantung jasmani dua jari di
susu kiri kita, makaاِنْشَ
الله , dan dengan
kehendak Nya tanpa rekayasa manusia, waktu yang tidak dapat di tentukan,
tersingkaplah hijab (tabir) yang selama ini mendindingi hati manusia
denganTuhannya, di) قلبى
hati( ini posisisi letaknya صِفَة اِرَادَة (kehendak),صِفَة اِرَادَة yang ada pada الله kenyataan,
sama denganمُرِيْدٌ (yang Maha Berkehendak), mustahil اللهbersifat
كَرِهُ(benci).
Yang ada pada manusia kenyataan,
sama dengan كَرِهٌ(benci), mustahil manusia bersifat مُرِيْدٌ(yang Maha Berkendak). salah mengamalkan Ilmu ini, beresiko besar yakni, penyimpangan yang
teramat jauh. jadi perlunya seorang Mursid (pembimbing) طَرِيْقَةdi
dalam amalan ini sehingga si Salik tidak kehilangan arah dan tujuan dan sebelum
melakukan amalan طَريْقَة si
Salik harus di bai’at terlebih dahulu oleh seorang Mursid (pembimbing) طَريْقَة tersebut dan biasanya di sarankan untuk
bersuluk beberapa hari. Tentunya seorang Mursyid (pembimbing) طَرِيْقَة ahlih dalam
bidang agama Islam dan khususnya ilmuطَرِيْقَة
Demikian amalan Rasulullah yang di contoh dan di ikut oleh Salik untuk memproduksi Iman ainul Yakin, Iman Haqqul Yakin, Iman Kamallul Yaqin dan menghasilkan Mujahadah, Musyahadah, Muhkasyafah tajjali الله. Dan amalan Khalwat juga di amalkan oleh Nabi Musa as selama 40 malam, ketika ia ingin berjumpa Tuhannya di bukit Thuursina, tempat terkenal di daerah ini adalah Jabal Musa. Adalah nama sebuah puncak gunung tertinggi, dari sederetan gugusan pegunungan yang ada di semenanjung Sinai, Mesir. Peristiwa pelantikan Kenabian di Gua Hira’ ini berkaitan erat dengan perjanjian kita kepada sewaktu di alam ruh yang sudah bersyahadah (menyaksikanNya)اَلَسْتُ بِرَبّكُمْ , قَالُوْا بَلَى شَهِدْنَا (bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.”(QS.Al A’raaf Ayat; 172) dan berkaitan terus ke peristwa besar perjalananرَاسُوْالله Muhammad saw (Isra’ wal Mi’raj),
Dengan apa Muhammad (عَبْدِي) berangkat adalah dengan”Sirrullah”(rahasia Allah) yang pernah beliau peroleh dari “Gua Hira”, sewaktu beliau Khalwat, pertama sekali beliauمَعْرفَةُ الله , itulah ilmu yang di manfa’atkan oleh bagindaرَسُول الله dari Sidrotil Munthaha sampai ke ‘Ars disitu beliau مُتُّ قَبَّلّ اَنْتلْ مَوْتُ (mematikan diri sebelum mati( dengan keadaan sujud, apa yang beliau matikan, pertama tenaganya hilang kekuasaan, kedua اِرَادَة kemauannya hilang kemauan, ketiga سَمَعْ )pendengaran( nya hilang pendengaran, keempat ) بَصَرْ penglihatan (nya hilang penglihatan, ke lima كَلَامْ )perkataan) nya hilang tinggal dua ) حَيَاةْhidup( dan )عِلْمٌtahu(. Waktu hidup di Sidrotil Munthaha, Muhammad dikala itu tahu apa ! apa yang ia saksikan, dikala itullah beliau sampai kesisiالله , sesungguhnya apa yang diketahui adalah حَقِيْقَةdirinya. (Dialah subjek dan Dialah objek, Dialah dalang dan Dialah wayang, Dialah air dan Dialah ombak) dalam hal iniعَعْدِى tenggelam dalam kalimahلاحول ولا قوت الا با لله (tiada daya dan upaya melainkan dengan الله )” dan perlu digaris bawahi agar tidak gagal faham, di cermati benar-benar bahwa, hukumشَرِيْعَة danحَقِيْقَة tetap berlaku dalam hal ini,
Jadiعَبْدِى yang sholatnya telah sampai ke tingkat Mukasyafah (مَعْرِيْفَة) di sebutlah oleh Rasulullah dengan sabdanya, الصَّلَاةُ مِعْرَجُ اْلمُوءْمِنِيينَ (sholatnya orang yang beriman adalah Mi’raj), berbekal Iman yang di produksi dari amalan طَرِيْقَة , mampu mengemban tugas untuk melaksanakan syaum (puasa) syahri Ramadhan, Syaum (puasa)/menahan jiwa Munafiq tak keluar dari قَلْبِى , tetap kita mentauhidkan الله yang di katakan Tauhidulتَوُحِدُ اَسْمَأ , mengesakan namaالله di seluruh aspek kehidupan, berdiri, duduk, berbaring di atas lambung tetap mentauhidkan الله , disinilah keterbukaan hijab itu, yang dikatakan dalam surat Az-Zumar : 22. Kalauعَبْدِى ini, karena ini akan mendatangkan jiwa Ikhlas. Syaum (puasa)/menahan jiwa Musyrik, tak keluar dari otak tetap kita mentauhidkan Sifat, yang di katakan Tauhidul Sifat,mengesakan صِفَةُ الله , maka otak terikat hubungannya kepada الله , terlepas pada urusan dunia, otomatis disitulah muncul jiwa Ridho. Syaum (puasa) / menahan jiwa kafir/kafir jali (kufur ni’mat) tak keluar dari Ruh , tetap kita mentauhidkanالله yang di katakana تَوْحِدُ اْلذَات , mengesakan wujud kongretالله , di seluruh aspek kehidupan siang dan malam, duduk dan berdiri, gerak dan diam dan di mana saja berada, jika kita mampu mengesakan الله ,tetap dalamشَهَدَ ة , otomatis hadirlah jiwa Ikhsan. Jika seorang sudah sempurna amalan syaum (puasa) nya, belum dipandang disisi الله , sebelum bayar Zakat,
Demikian amalan Rasulullah yang di contoh dan di ikut oleh Salik untuk memproduksi Iman ainul Yakin, Iman Haqqul Yakin, Iman Kamallul Yaqin dan menghasilkan Mujahadah, Musyahadah, Muhkasyafah tajjali الله. Dan amalan Khalwat juga di amalkan oleh Nabi Musa as selama 40 malam, ketika ia ingin berjumpa Tuhannya di bukit Thuursina, tempat terkenal di daerah ini adalah Jabal Musa. Adalah nama sebuah puncak gunung tertinggi, dari sederetan gugusan pegunungan yang ada di semenanjung Sinai, Mesir. Peristiwa pelantikan Kenabian di Gua Hira’ ini berkaitan erat dengan perjanjian kita kepada sewaktu di alam ruh yang sudah bersyahadah (menyaksikanNya)اَلَسْتُ بِرَبّكُمْ , قَالُوْا بَلَى شَهِدْنَا (bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.”(QS.Al A’raaf Ayat; 172) dan berkaitan terus ke peristwa besar perjalananرَاسُوْالله Muhammad saw (Isra’ wal Mi’raj),
Dengan apa Muhammad (عَبْدِي) berangkat adalah dengan”Sirrullah”(rahasia Allah) yang pernah beliau peroleh dari “Gua Hira”, sewaktu beliau Khalwat, pertama sekali beliauمَعْرفَةُ الله , itulah ilmu yang di manfa’atkan oleh bagindaرَسُول الله dari Sidrotil Munthaha sampai ke ‘Ars disitu beliau مُتُّ قَبَّلّ اَنْتلْ مَوْتُ (mematikan diri sebelum mati( dengan keadaan sujud, apa yang beliau matikan, pertama tenaganya hilang kekuasaan, kedua اِرَادَة kemauannya hilang kemauan, ketiga سَمَعْ )pendengaran( nya hilang pendengaran, keempat ) بَصَرْ penglihatan (nya hilang penglihatan, ke lima كَلَامْ )perkataan) nya hilang tinggal dua ) حَيَاةْhidup( dan )عِلْمٌtahu(. Waktu hidup di Sidrotil Munthaha, Muhammad dikala itu tahu apa ! apa yang ia saksikan, dikala itullah beliau sampai kesisiالله , sesungguhnya apa yang diketahui adalah حَقِيْقَةdirinya. (Dialah subjek dan Dialah objek, Dialah dalang dan Dialah wayang, Dialah air dan Dialah ombak) dalam hal iniعَعْدِى tenggelam dalam kalimahلاحول ولا قوت الا با لله (tiada daya dan upaya melainkan dengan الله )” dan perlu digaris bawahi agar tidak gagal faham, di cermati benar-benar bahwa, hukumشَرِيْعَة danحَقِيْقَة tetap berlaku dalam hal ini,
Jadiعَبْدِى yang sholatnya telah sampai ke tingkat Mukasyafah (مَعْرِيْفَة) di sebutlah oleh Rasulullah dengan sabdanya, الصَّلَاةُ مِعْرَجُ اْلمُوءْمِنِيينَ (sholatnya orang yang beriman adalah Mi’raj), berbekal Iman yang di produksi dari amalan طَرِيْقَة , mampu mengemban tugas untuk melaksanakan syaum (puasa) syahri Ramadhan, Syaum (puasa)/menahan jiwa Munafiq tak keluar dari قَلْبِى , tetap kita mentauhidkan الله yang di katakan Tauhidulتَوُحِدُ اَسْمَأ , mengesakan namaالله di seluruh aspek kehidupan, berdiri, duduk, berbaring di atas lambung tetap mentauhidkan الله , disinilah keterbukaan hijab itu, yang dikatakan dalam surat Az-Zumar : 22. Kalauعَبْدِى ini, karena ini akan mendatangkan jiwa Ikhlas. Syaum (puasa)/menahan jiwa Musyrik, tak keluar dari otak tetap kita mentauhidkan Sifat, yang di katakan Tauhidul Sifat,mengesakan صِفَةُ الله , maka otak terikat hubungannya kepada الله , terlepas pada urusan dunia, otomatis disitulah muncul jiwa Ridho. Syaum (puasa) / menahan jiwa kafir/kafir jali (kufur ni’mat) tak keluar dari Ruh , tetap kita mentauhidkanالله yang di katakana تَوْحِدُ اْلذَات , mengesakan wujud kongretالله , di seluruh aspek kehidupan siang dan malam, duduk dan berdiri, gerak dan diam dan di mana saja berada, jika kita mampu mengesakan الله ,tetap dalamشَهَدَ ة , otomatis hadirlah jiwa Ikhsan. Jika seorang sudah sempurna amalan syaum (puasa) nya, belum dipandang disisi الله , sebelum bayar Zakat,
صَوْمُ
اْلعَبْدِ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلاَرْض حَتَّى يُوأَدّىَ صَدَ قَةُ
اْلفِطْرِ.
صَوْم (puasa) seorang hamba
itu tergantung di udara antara langit dan bumi,sampai dia menunaikan Zakat
fitrah), Tapi dialah yang mengangakat potensi صَوْم Ramadhan kita dengan
seluruh amal sunnah kita, Zakatul Fitri itu. Ini hablul (صَوْم) minallah dan Zakatnya Hablul minannas
اِنْشَاءَالله dengan rahmat Nya, Dia menggantikan keburukkan dengan
kebaikkannya sehinggga kemauan قَلْبِى )hati ( nya tunduk hati di bawah takdir (ketentuan الله ), dengan membawa ketentraman dan kedamaian قَلْبِى(hati) nya,untuk kemauan
yang fitrah selalu menjunjung tinggi sifatجَمَال (keindahan)
Nya dengan martabat Asma’, dengan selalu menyebutاَلحَمْدُالله (2). Dengan
jiwa musyriq yang selalu menggunakan logika dan mensekutukan Allah dalam
beramal dan beribadah selain Dia, sehingga berdampak besar kepada otaknya, berupa
pemikiran yang selalu buruk sangka dan tidak mengimani baik dan buruk datang
dariالله , Tuhan seru sekalian alam, menimbulkan
penyakit-penyakit zindiq, denganصَوْمِ syahri
Ramdhan,اِنْشَاءَالله,الله memberikan jalan keluar apa-apa yang ia fikirkan,
sehingga pemikirannya selalu ridho atas apa-apa yangالله ridhoi, untuk fikiran
yang fitrah selalu menjunjung tinggi sifatجَلل (kebesaran)
Nya dengan martabat Sifat, dengan selalu menyebutاَلله أكْبْر (3)
Dengan jiwa kufur ni’mat (ingkar) yang selalu membantah dan mengingkari Al Qur’an dan Sunnah dalam beramal dan
beribadah kepadaالله , berdampak
sangat besar terhadap ruhnya, berupa
perasaan yang menolak kebenar-kebenaran yang حَقْ , walaupun terang benderang dunia ini
, perasaannya gelap gulita, seperti
berjalan di kegelapan malam tidak mendapatkan نُور (cahaya)
dari Tuhannya,
yang tidak dapat membedahkan antara حَقْ dan yang bathil.
Dengan amalan syaum syahri Ramadhan ,اِنْشَاءَالله,الله akan melepaskan sifat kemanusiannya menjadi jiwa ikhsan,untuk ruh yang ikhsan selalu menjunjung tinggi sifat كَمَال(kesempurnaan) Nya dengan martabat Zat, dengan selalu menyebutسُبْحَانَ الله dengan perasaan kemanusianya tenggelam dalam wujud kungret Tuhannya, sehingga ia tidak pernah lagi berbuat kecualiالله yang memperbuatkan, tidak pernah lagi berkehendak kecualiالله yang menghendaki, tidak pernah lagi melihat kecuali Allah yang melihatkan,tidak pernah lagi mendengar kecuali اللهyang mendengarkan, tidak pernah lagi berkata kecualiالله yang mengatakan, tidak pernah lagi tahu kecuali اللهyang memberi tahukan dan tidak pernah lagi hidup kecualiالله yang menghidupakan, karena ia merasakanوَهُوَمَعَكُمُ اَيْنَ مَا كُنْتُمْ (Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada). (QS. Al Hadid Ayat : 4).untuk ruh yang selalu fitrah selalu menjunjung tinggi sifat كَمَال (kesempurnaan Tuhan) dengan martabat Zat, dengan selalu menyebut سُبْحَانَ الله
Panggilanالله kepadaعَبْدِى Nya untuk menunaikan amal dan ibadah Hajji kebaitullah, Dan dalam pelaksanaan Hajji tersebut sangatlah di utamakan sekali ilmu zhohir dan ilmu batin, bagaimanakah ilmu zhohir itu, yakniعِلْمُ شَرِيْعَة (ilmu fiqih) yang mengatur tentang hukum-hukum dan persyaratan Hajji di luar diri dan yang nyata-nyata.عِلْمُ حَقِيْقَة yang termasuk di dalamnyaعلْمُ طَرِيْقَة danعِلْمُ مَعْريفَة membicarakan tentang bagian dalam diri seperti bagaimana supayaقَلْبِى (hati) bisa ikhlas (semata-mata karena الله ) sewaktu dalam pelaksanaan Ibadah Hajji dari dan kembali ke tanah air, bagaimana supaya Fikiran bisa ridho, baik dan buruk datangnya dariالله dan bagaimana pula perasaan bisa ihksan mengakuiذَاتْ وَجِبَ اْلوُجُدْ yang bersifat tidak seumpama dengan sesuatu apapun, sehingga ia merasakan وَهُوَمَعَكُمُ اَيْنَ مَا كُنْتُمْ (Dia beserta kamu di mana saja kamu berada). Inilah beberapaعِلْمُ yang harus di siapkan sebelum pelaksanaan “Ibadah Hajji”. Setidaknya yang masih di tingakatanاِيْمَن عِلْمُ يَقيْن berusahalah agar mencapai ke tingkatan Iman Ainul Yaqin (tingkatan Mujahadah), tingkatan Iman Haqqul Yaqin (tingkatan Musyahadah) dan tingkatan Kamalul Yaqin (tingkatan Mukasyafah).Tingkatan-tingkatan iman inilah yang nantinya berperan aktif dalam pelaksanaan “Ibadah Hajji” termasuklah di dalamnya Ibadah Tawwaf,Ibadah sa’I, Ibadah Melontar Jumroh, dan Ibadah Wuqub di Arafah. Denganذِكْرُالله daimun ( ذِكْرُالله yang tiada berkesudahan), Dengan terus berthawwaf, نُوْرُالله(cahaya Allah) dalamقَلْبِى (hati) Abdi, yang di sebut juga “Alam Mikro”, terpancar berdampakkan dengan pancaran نُوْرْالله, yang ada di بَيْةٌ الله (Ka’bah) di sebut juga titik pusat bumi ini yakni, “Alam Makro”,نُوْرٍعَالَى نُوْرٍ (Cahaya atas Cahaya) dengan mengikutiشَرِيعَة terus bertawwaf sampai tujuh kali putaran dengan melewati makam-makam kebesaranالله ,yakni,” Lathifatul Qalby, Latifatu Ruh, Latifatus Sirri, Latifatu Khafi, Latafatul Akhfa, Lathifatunnafsun Natiqa dan Latifah kullu jasad[4] sehingga terpancar Nur dengan pandangan mata batin Abdi melalui mata zhohir memandang jauh tiada berantara,dekat tiada besentuhan di antara keduanya sehingga terpandanglah شُهُوْدِاْلكَسْرَفِ اْلوَهْدَ شُهُوْدِاْلوَهْدَ فِ اْلكَسْر (pandanglah yang banyak di dalam yang Esa,dan pandanglah yang Esa di dalam yang banyak),berpandang-pandangan,bukan memandang bangunan Ka’bah berbentuk persegi tapi mentasydidkan dengan Qalb (hati) nya, dengan Kalimahلاَمَوْجُوْدٌ اْلاَ الله (tiada yang ada kecuali Allah), tanpa di sadari عَبْدِي air mata berlinang membasahi pakaian Ikramnya, dengan terus menerusقَوْلِى nya melapaskan Kalimah اَللّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ لَبَيْكَ اِنَّ اْلحَمْدَ وَاْلِنّعْمَةَ لَكَ وَاْلمُلْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ air mata terus berlinangan mengalir bukan karena sedih akan tetapi bahagia yang tiada dapat di ungkapkan dengan kata-kata bagaikan sepasang suami istri yang bertahun-tahun lama berjumpa rindu bercampur bahagia, di sinilahحَقِيقَة diri عَبْدِي . Sementara si Salik yang berjuang panas dan terik di lembah yang tandus berusaha penuh perjuangan dan pengorbanan di alam Jisim (alam ghoib), hingga akhirnya mendapatkan ridhoالله , terpancarlahنُوْرُالله (cahaya الله ) dari Latifah Qolbi (hati), samalah halnya dengan ketika sampai di Marwah, tiba-tiba terdengar oleh Siti Hajar suara yang mengejutkan, lalu ia menuju ke arah suara itu. Alangkah terkejutnya, bahwa suara itu ialah suara air memancar dari dalam tanah dengan derasnya di bawah telapak kaki Ismail. Air itu adalah air zam-zam.
Demikian, Nabi Ibrahim as (عَبْي الله ) dengan dalam keadaanنَفِى (tiada) di dalam isbat (tetap) Nyaالله , melempar iblis la’natullah dengan batu krikil yang bermuatanذِكْرُالله itu artinya batu krikil sebagai alat benda di simbolkan denganشَرِيعَة sementara kekuatanحَقِيْقَة yang bersumber dariقَلْبِى (hati) dan seluruh Latifah-Latifah dalam diri Nabi Ibrahim as tersalurkan dan tertumpuh di batu krikil sebagai alat/benda (شَرِيْعَة), menjadi kekuatan yang amat dahsyat yang di tujukan kearah target yakni, iblis la’natullah, sehingga ia masuk kedalam tanah. Iblis la’natullah tiada akan dapat di perangi dengan sejata rudal balistic, karena ia bangsa Jisim (tiada terlihat oleh pandangan mata zhohir) akan tetapi walaupun sekecil batu krikil yang bermuatan ذِكْرُالله , apabila di sasarkan ke iblis la’natullah, bagaikan dahsyatnya nuklir yang ia rasakan. Itu artinya berhakekat di dalamشَرِيْعَةُ الله untuk membidik sasaran yakni iblis la’natullah.
فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ رَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang
membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang
melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat
demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada
orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui. QS. AL ANFAAL AYAT : 17
“Wuqub” dalam kamus besar Bahasa
Indonesia adalah “Diam” dan Arafah dalam kamus Bahasa Arab adalahمَعْريْفَة
Jadi jika kedua kata ini
satukan dalam arti kata adalah diam dan mengenal diri, itu artinya مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَه (Barang siapa kenal
dirinya maka kenal ia Tuhannya)وَمَنْ عَرَفَ رَبَّهُ فَسَدَاْلجَسَدِ (Barang
siapa kenal Tuhannya maka sesungguhnya tiadalah dirinya), maksud arti tiada
dirinya adalah bukan seperti es yang mencair dan bukan seperti lilin yang
meleleh atau seperti besi melebur yang dimasak diatas tungku, bukan, akan tetap
menafikan (meniadakan) keinsanan di dalam mengisbatkan (menetapkan)الله di dalam dirinya.
Mengikuti perjalananعَبْدي
dengan mengamalkan amal ibadah Wuqub, suatu
amal dan ibadah pokok (utama), untuk itu عَبْدي berniat
dengan qosad Lillah sembari berdo’a
dan mengambil tempat dalam posisi duduk Tasyhud, dengan kerendahan yang tulus
sembari dalam keadaan nafi (tiada) di dalam isbat (tetap) Nya Sifat
Ma’ani yakni, Sifatقُدْرَةٌ , اِرَادَةْ , عِلْمٌ ,حَيَاةْ ,سَمَعْ ,بَصَرْ dan كَلَامْ , pada diriعَبْدِى wajib bersifat عَجِذٌ (lemah), كَارِهٌ (benci), جَهِلٌ (bodoh),مَيْتٌ (mati)صَمَّى (tuli) عَمْى (buta) بُكْم(bisu/gagu) dan dalam keadaan duduk Tasyhud berlaku wajib pula
bag الله bersifat قَدِيْرٌ (Maha Berkuasa), مُرِيْدٌ (Maha
Berkehendak), عِلْمٌ (Maha Mengetahui), حَيٌ (Maha Hidup), سَمِيْعٌ (Maha
Mendengar), بَصِيْرٌ (Maha Melihat)
dan مُتَكَلّمٌ (Maha
Berkata-kata), inilah Sifat Ma’nawiyah
yang wajib bagiالله
dan mustahil bagiعَبْدي [5], dalam keadaan itu
pula قَلْبى(hati/kemauan)عَبْدي ,
membesarkanصِفَة جَلَال (kebesaran Nya), aqal
(pemikiran)عَبْدِي , memujiصِفَة جَمَال (ke
indahan Nya) dan perasaan (ruh)عَبْدِي mensucikanصِفَة كَمَال (ke
sempurnaan Nya), seiring berlangsungnya Mukhasyafah antara Abdi dan Allah SWT,
Tuhan seru sekalian alam, dan InsyaAllah pada saat bersamaanالله menurunkan karunia kepada عَبْدي sifat Fathonah kepada
Jisim (perbuatan) nya, Tabliq kepadaقَلْبى ( hati/keinginan) nya,
Amanah kepada otak (pemikiran) nya dan Siddiq kepada ruh (perasaan) nya.
Peristiwa ini di sebut Nurin ala Nurin (cahaya di atas cahaya) sehingga
menimbulkan ketenangan dan ketentraman terhadapعَبْدي dengan ketentraman
perasaannya, ketentraman pemikirannya, ketentraman keinginannya dan ketentraman
perbuatannya, danالله
mempersilahkan kepadaعَبْدي memasuki Jannah Nya,
dengan firman الله
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ,ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً,فَادْخُلِي فِي عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي
Wahai jiwa yang
tenang ! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS.
Al Fajr Ayat : 27 – 30)
Atas dasar pertolonganالله berupah Sifat Fathonah, Tabliq, Amanah, Siddiq akan membawah reformasi besar pada diri zhohir dan bathin umat Islam maupun alam mikro dan alam makro serta sebagai rahmatan lil ‘Aalamiin bagi negeri-negeri asalnya. Alhamdulillah, Rukun Islam, Iman dan Ikhsan yang di jelaskan melalui artikel-artikel telah di rangkum secarah utuh dan rangkuman tersebut baik itu Rukun Islam, Iman dan Ikhsan yang bersumber dari Al Qur’nul karim. Al Qur’an yang berisikan 6666 ayat yang terkandung di dalamnya tersimpul 30 Juz, tersimpul kedalam 114 surat, tersimpul kedalam surat Al Fateha, surat Al Fateha tersimpul kedalam kalimah بِسْم الله , kalimahبِسْمِ الله tersimpul di huruf ب , hurufب tersimpul di titik ( . ) bukan titik dibawah hurufب , titik yang di maksud ialah نُوْر, danنُوْر itu adalahكَلِمَةُ اُلحَق yakniالله inilah yang di sebut dengan كَلِمَة اِعْتِقَادْ جَزِمٌ (kalimah kesimpulan yang putus). Jadiكَلِمَةُ اْلحَق tersebut berada di dalam dada para Ulama’ yang hidupقَلْبِى (hati) nya,ذِكْرُالله daiman (ذِكْرُالله yang tiada terputus), yang memiliki sifat Siddiq, Amanah, Tabilq dan Fathonah sebagai pewaris para Nabi.
بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ
Sebenarnya, Al Qur'an itu adalah
ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada
yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. (QS. Surat
Al Ankabut Ayat : 49)
عَنْ عَبْد اللهِ بْنِ عَمْرِوبْنِ اْلعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَاقَالَ
: سَمِعْتُ رَسُوْلَ الله
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : اِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ
اْلعِلمَ انْتَزِاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ
وَلَكِنْ يَقْبِضُ اْلعِلّمَ بِقَبْضِ اْلعُلَمَاءِ حَتَّى اِذَا لَمْ
يَتْرُكْ عَالِمًا.اِنَّخَذَالنَّاسُ رُوأُوسًا
جُهَّالاً,فَسُئِلُو,فَاَفْتُوْا بِغَيْرِعِلْمٍ,فَضَلُّوْاوَأَضَلُّوْا.
Diriwayatkan
dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash r.a : Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda,
“Sesungguhnya, Allah tidak mencabut ilmu dengan melenyapkannya dari dalam dada
manusia, tetapi dengan mewafatkan Ulama’ sehingga setelah tidak ada seorang pun
Ulama’, mereka mengangkat orang-orang bodoh menjadi pemimpin. Mereka di tanya,
tetapi mereka pemimpin-pemimpin bodoh itu, memberikan petunjuk tanpa ilmu.
Kemudian tersesatlah mereka dan menyesatkan orang lain pula.
(Hadts shoheh Muslim).
Demikian, Walyullah
Al Halajj mengatakanاَنَا اَلْحَقٌ maksudnya ialah di dalam dada orang yang di
beri ilmu (Ulama’) terdapat Sifat Kamal (Kesempurnaan) Nya Sifat Jalal (Kebesaran) Nya dan Sifat Jamal (Keindahan) Nya dan beliau menyatakan dengan tegas dalam
syairnya bahwa “aku adalah
rahasia Yang Maha Benar, Bukanlah Yang Maha Benar itu aku, aku hanyalah satu
dari yang benar, Maka bedakanlah antara aku dan Dia. Intruksi رَسُول الله , bahwa diantara tanda-tanda datangnya hari kiamat ialah,الله angkat
hikmah kandungan Al Qur’an dengan cara mewafatkan para Ulama’ (عَبْدِي)
yang hidupقَلْبِى nya dengan ذِكْرُالله
, sehingga
terjadilah kejahilan terhadap manusia yang berada di atas bumi ini. Ikhwan dan
Akhwat yang di rahmati Allah, penulis mengajak untuk mencermati artikel (bagian
1) hingga artikel (bagian 19) disana tiadalah saling terputus keterangan demi
keterangan
yang menjelaskan tentang Rukun Islam, Iman dan Ikhsan, bagaikan bibir gelas
yang tiada akhirnya (tiada terputus satu diantara artikel), hingga dapat di
rangkum sekmasimal mungkin dan akhirnya mendapatkan kesimpulan yang terang dan
jelas.
Demikianlah telah di rangkum artikel-artikel yang di publikasikan
sehingga menemukan suatu titik kesimpulan yang putus sehingga tiada sya’ dan
waham atau keragu-raguan terhadap agama Islam sebagai agama sempurna dan Islam
sebagai agama yang di ridhoiالله Tuhan seru
sekalian alamاِنْشَاءَالله
dengan dakwah yang
di sampaikan kita selalu berharap,الله memberikan
syafa’at Rasulullah kepada umat Islam dan terhadap diri penulis sekeluarga. Mohon ampun kepadaالله ,
mohon ma’af, bila terdapat kesalahan dan sedikitpun tidak ada maksud tertentu,
hanya semata-mata menyampaikanحَقُ agar kita di
hadapanاَلحَقّ , tidak saling tuding
menuding satu diantara kita, atas ma’af yang diberikan, penulis ucapkan
tarima kasih, semoga bermanfa’at, hanya kepunyaan الله segala puji-pujian teragung اِنْشَاءَالله. selanjutnya pembahasan pekan depan tentang بِسْمِ اللهSebagai
wawasan kita mendalami Islam secara khafah sehingga akan memudahkan memahmi
hakekat hidup.
اللَّهُمَّ أَ عِنَّا ذِ كْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِك
Wahai Allah,
tolonglah kami untuk senantiasa mengingat Mu, bersyukur kepada Mu, dan
beribadah secara baik kepada Mu.
اِلَهِيْ
لَسْتُ لِلْفِردَوْسِ أَهْلا,وَلاَأَقوى عأى النّارالجَحِيْم
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi
aku tidak kuat dalam neraka Jahim.
Yaa .. Allah, hilangkanlah rasa ujub dalam diri kami sehingga kami
tidak pernah terlepas dari tali Aqidah yang sangat kokoh, Aamiin . . yaa Robbal
Aalamiin,.
Billahi taufiq wal hidayah.
السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Refrensi Kitab
22.Kitab Terpesona Di Sidratul Muntaha karya Agus Mustofah
23.Kitab Pusaran Energi Ka'bah karya Agus Mustofah
24.Kitab Melihat Allah karya Mustafa Mahmoud
1. Kitab Suci Al Qur'an
2. Hadits Shoheh Muslim
2. Hadits Shoheh Muslim
3. Hadits Shoheh Bukhori
4. Kitab Ihya 'Ulumuddin karya Imam Al Ghozali
5 Kitab Thawasin karya Al Halajj.
6. Kitab Sirr Al Arsor karya Syekh Abdul Qodir Jailani
7. Kitab Futuhul Ghaib karya Syekh Abdul Qodir Jailani
8. Kitab Al Ibanah karya Syekh Abu Hasan Asy Ary
9. Kitab Al Hikam karya Ibnu Atho’ ‘Illah
10.Kitab Syarah Al Hikam karya Ibnu Atho' 'Illah
11.Kitab Tafsir Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
12.Kitab Madarijus Salikin karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
13.Kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal-Jam'ah karya K.H Siradjuddin Abbas
5 Kitab Thawasin karya Al Halajj.
6. Kitab Sirr Al Arsor karya Syekh Abdul Qodir Jailani
7. Kitab Futuhul Ghaib karya Syekh Abdul Qodir Jailani
8. Kitab Al Ibanah karya Syekh Abu Hasan Asy Ary
9. Kitab Al Hikam karya Ibnu Atho’ ‘Illah
10.Kitab Syarah Al Hikam karya Ibnu Atho' 'Illah
11.Kitab Tafsir Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
12.Kitab Madarijus Salikin karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
13.Kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal-Jam'ah karya K.H Siradjuddin Abbas
14.Kitab Asbabun Nuzul karya KH Qamaruddin Shaleh,
HAA. Dahlan, Prof.Dr.M.D. Dahlan
HAA. Dahlan, Prof.Dr.M.D. Dahlan
15.Kitab Hadits Shahih
Bukhari (Pentingnya Terjemah Hadis Pada Masa Pembangunan)
Oleh Alm.
K.H.A. Wahid Hasjim
16.Kitab Manejemen Qalbu karya Ibnu Qayyim Al Jauziyyah
16.Kitab Manejemen Qalbu karya Ibnu Qayyim Al Jauziyyah
17.Kitab Sifat Dua Puluh oleh Al Habib Usman bin Abdullah bin Yahyah
18 Kitab Pengantar ilmu Tarekat karya Prof.Dr. KH. Aboebakar Atjeh
19 Kitab Dahsyatnya Bismillah karya Syekh Dr. Muhammad Huwaidi
20.Kitab. Keagungan Al Fateha karya Syekh Sholeh Fauzan Al Fauzan
21.Kitab Kunci Memahami Ilmu Tasawwuf karya Dr.Mustafa Zahri22.Kitab Terpesona Di Sidratul Muntaha karya Agus Mustofah
23.Kitab Pusaran Energi Ka'bah karya Agus Mustofah
24.Kitab Melihat Allah karya Mustafa Mahmoud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar